Senin, 28 Mei 2012

Sawung Jabo "Pesta Kebun" di Yogya

AW Subarkah | Marcus Suprihadi
Sawung Jabo Pesta Kebun di Yogya
Dari sungging senyumnya Sawung Jabo banyak melontarkan kritik tajam. Jabo tampil dalam perhelatan memperingati komunitas Folk Mataraman Institute atau FMI di kebun Sangkring Art Space di kawasan Nitiprayan, Yogyakarta pada Sabtu (26/5/2012) malam.

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Musisi kondang yang banyak terlibat dalam berbagai aktivitas kesenian, Sawung Jabo, tidak segan-segan tampil di panggung kecil di Yogyakarta. Jabo yang tampil bersama bersama grup musik Sirkus Barock mengisi acara ulang tahun pertama kelompok Folk Mataraman Institut (FMI) di kebun Sangkring Art Space di kawasan Nitiprayan, Yogyakarta.

Di atas panggung sangat sederhana tanpa warna-warni lighting yang dibuat sendiri oleh para seniman anggota FMI ini, Jabo yang musisi kelahiran Surabaya ini menampilkan enam lagu, termasuk lagu Bento, Hio, dan Kuda Lumping, yang selama ini telah dipopulerkan bersama Iwan Fals.

Bagaimanapun musisi yang memiliki nama asli Mochamad Djohansyah ini sangat dekat dengan grup musik "Swami" dan "Kantata Takwa" bersama musisi kenamaan seperti Iwan Fals. Irama keras yang menjiwai lagu-lagu Sawung Jabo telah menggerakkan ratusan jiwa muda untuk berjoget bersama. Sedangkan suara kritis dari lirik lagunya kembali menyentil kebijakan negeri ini. Semuanya jauh dari polemik Lady Gaga yang telah jauh dari ruang berkesenian.

Acara yang berlangsung Sabtu malam kemarin menghingar-bingarkan kebun yang luasnya tidak lebih dari dua lapangan tenis. Di antara yang hadir adalah seniman kondang seperti pelukis Joko Pekik, pelawak Marwoto, seniman teater Landung Simatupang, termasuk pula dua rohaniwan kritis, romo Sindhunata dan romo Banar yang banyak terlibat dalam aktivitas kesenian. "Romo kok jam segini pada nglumpuk di sini," seloroh Sawung Jabo memperlihatkan kedekatan mereka.

Suasana humanis sangat terasa dari komentar Jabo maupun seniman lain dan para rohaniwan melunturkan sekat-sekat yang selama ini membelenggu bangsa ini. FMI sendiri merupakan bentuk wadah bagi siapa saja yang dibangun dan tumbuh melalui sarana media Sosial Facebook.

Sawung Jabo yang sekarang lebih banyak tinggal di Australia juga mengikuti dan juga menyempatkan komentar di dinding FB FMI yang banyak diwarnai plesetan-plesetan khas Yogya. Pelawak Marwono termasuk di antara mereka yang mengunjungi dan berkomentar di dinding FMI.

Kehadiran FMI menang telah banyak menghilangkan pembatas, termasuk pejabat dan anggota lain diperlakukan sama, bahkan dalam acara di lapangan dengan tanah bergelombang dan panggung bertutupkan asbes ini mereka hanya bisa duduk di kursi plastik atau bangku panjang yang keras.

FMI Dalam acara ulang tahun ini menyelenggarakan acara berkesenian selama lima hari berturut-turut mulai Jumat lalu. Tidak kurang 38 grup band yang mengisi acara, termasuk berbagai workshop, seperti workshop saxsophone oleh peniup sax Anton Pri dari Rumah Tiup Jakarta. Juga pameran foto unik yang dibuat para anggota FMI sendiri yang mengambil lokasi di titik nol Yogyakarta.

Wadah ini dikomandani musisi Krishna Encik Widianto, dibantu seniman lain terutama pelukis Samuel Indratma, Bambang Herras, Yuswantoro Adi. Krishna yang dikenal dengan julukan sebagai rektor FMI juga menampilkan grup musik Low Budged Acoustic dalam acara ini.

Tentu bukan hingar bingar semata yang ditampilkan, tetapi juga banyak sentuhan-sentuhan kemanusiaan di antaranya. Seperti tampilnya grup band Feeling yang dimanajeri seorang anggota satpam memiliki personil yang seluruhnya adalah penyandang tuna netra.

Juga gerak dan tari penderita tunarungu Deaf Art Community, bahkan para penderita tuna rungu ini juga memberikan workshop bahasa isyarat kepada orang normal.
Source: oase.kompas.com