UPACARA NGABEN – Tidak Selamanya Menghabiskan Ratusan Juta
Baca berita dikoran hari ini dibahas sedikit tentang ngaben dan prosesi upacaranya. Ngaben merupakan upacara manusa yadnya yang sudah turun-temurun ada dbali dan wajib dilakukan oleh seluruh masyarakat bali yang beragama hindu. “klo saya selalu bahagaia saat upacara ini dilaksanakan, karena antara adat , agama dan kreativitas semuanya berbaur menjadi satu, satu kata yaitu keindahan.”Lembu yang berdiri gagah, Bade yang menjulang tinggi dan keramaian masyarakat banjar dan desa adat sangat mencirikan upacara ini. sekarang ini ngaben bukan lagi merupakan sebuah upacara untuk kalangan berada saja karena sering terjadi salah tafsir upacara yang menghabiskan dana hingga ratusan juta ini hanya mampu dilaksanakan oleh kalangan tertentu saja. “ingat” ngaben merupakan upacara wajib bagi seluruh masyarakat bali. jadi bagaimanapun caranya upacara ini harus tetap dilaksanakan karena merupakan sebuah “hutang” sebuah keluarga terhadap leluhur-leluhur meraka. – beeeegh, asiik banget kan.
Ada bermacam-macam tingkatan ngaben, secara garis besar ada tiga. dari yang terbawah; Nista, Madya, dan Utama. tiga golongan ini kemudian dibagi-bagi lagi menjadi Nistaning Nista, sampai Utamaning Utama. yang membedakan adalah skala dan besaran sesajen.
1. Ngaben Pada dasarnya adalah usaha untuk mengembalikan unsur pembentuk tubuh manusia atau badan kasar yang disebut panca maha bhuta (pertiwi, apah, teja, bayu dan akasa) kembali keasalnya. ketika manusia mati, roh meninggalkan badan kasar yang harus segera dikembalikan keasalnya.
2. Miguel Covarrubias mengunjungi bali pada tahun 1930-an dan menulis buku The Islan Of Bali. dalam sebuah bab bertajuk Death and Cremation, ia membahas cukup detail tentang pelaksanaan upacara ngaben. Ngaben yang digambarkan dalam tulisannya adalah ngaben yang megah. Ada bade atau menara pengusung mayat. Ada petualangan atau sarkofagus yang nanti digunakan dalam membakar tubuh si mati. biasanya berbentuk lembu cemeng, dan tentu saja kemeriahan Teatrikal ala orang Bali.
3. Ngaben konvensional kini sudah mulai dimodifikasi sedemikian rupa. setidaknya ada beberapa perubahan. pertama, ngaben kolektif. dalam pelaksanaan ngaben kolektif, upacaranya secara keseluruhan tetap besar tapi biaya ditanggung sekelompok keluarga yang akan mengkremasi beberapa tubuh.
4. Dalam tradisi Bali, mayat memnag tidak harus langsung diaben, tapi dapat dititipkan dibumi. maksudnya dikubur dulu, menunggu keluarga mengumpulkan biaya. biasanya dikenal dengan istilah mekingsan dipertiwi.
kini dibali sedang marak dilakukan ngaben massal seperti yang pernah terjadi di singaraja dan desa muncan karangasem serta banyak lagi didaerah lainnya. namun bulan kemarin terjadi Ngaben pribadi yang dijadikan ngaben massal, seperti yang terjadi dilingkungan Puri Ubud (15 Juli 2008) yang diklaim menjadi Ngaben Terbesar Abad ini (Dengan biaya milyaran dan ribuan pengikut). ngaben ini bertujuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan sekaligus menjadi sarana mempersatu adat, budaya dan agama. “baguus ya”
Walau ngaben massal biasanya diikuti oleh banyak keluarga (kadang bisa melebihi 300 sawa / jiwa yang disucikan) dan umumnya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat umum namun kemeriahan dan nuansa khidmatnya akan tetap terasa kental. dibali ngaben tidak sekedar menjadi objek wisata, melainkan kembali keritualnya sebaga pelebon atau prosesi pembakaran mayat yang bertujuan untuk mengembalikan unsur-unsur pembentuk tubuh manusia kembali kealamnya dan melepaskannya dari ikatan keduniawian.
Jika temen2 pernah mengikuti prosesi ini mungkin merasakan indahnya ngaben. melihat prosesi ini seperti menyaksikan penghantaran roh seorang manusia menuju penciptanya. Rangkaian ritual pelepasan yang dilakukan menjadi sebuah upacara yang indah, tapi tanpa berurai air mata melainkan dengan tawa dan semarak pesta. “hehe”
Dalam ngaben massal, ratusan jenasah yang berbentuk tulang-belulang (“ngaben massal biasanya dilaksanakan setelah mayat dikubur terlebih dahulu (makingsan dipertiwi) setelah keluarga memiliki biaya baru dilaksanakan prosesi ngaben, baik sendiri maupun massal”) dibawa menggunakan wadah berbentuk padma,
simbol rumah tuhan. kemudian sesampainya dilokasi ngaben, jenazah dipindahkan kepemalungan, lembu suci yang akan menadi rumah terakhir jenazah didunia, sebelum dibakar. sebelum prosesi pembakaran pendeta melakukan pralina upacara penyucian roh melalui mantra2. masyarakat bali percaya dengan dipralina mampu meleburkan kekotoran atma yang melekat didalam tubuh. kemudian setelah itu baru dilakukann proses pembakaran dengan menggunakan api. “lidah api yang menjilat mejadi sarana pelepasan dosa”. proses pembakaran kurang lebih menghabiskan waktu 1 – 2 jam hingga jenazah berubah menjadi abu. kemudian, abu dikumpulkan dan dimasukkan kedalam buah kelapa gading untuk dirangkai menjadi sekah dan dilarung kelaut. “ini adalah prosesi pelepasan menuju kerumah ida sang hyang widi waca (rumah tuhan)” .
Jadi begitu cerita saya sedikit tentang ngaben di Bali. asik bukan …. :)
resources :
Sedikit berita dari koran sindo
foto dari : http://www.prayasa.com/foto-ngaben-puri-ubud-bali-royal-cremation-in-ubud-2008/
Source: weda.web.id