Dua Kesenian Tradisi Kediri Terancam Punah
google.com |
Seni Tiban |
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemkot Kediri Hariadi, Kamis menjelaskan, kedua jenis kesenian tradisional itu masing-masing seni Tiban dan seni Jemblung. "Selain karena peminatnya kurang, kedua jenis kesenian tradisional ini juga mulai kehilangan generasi penerus," kata dia.
Kesenian Tiban, merupakan jenis seni tari yang biasa dipentaskan masyarakat saat hendak memohon hujan.
Masyarakat Kediri biasanya memantaskan seni tari Tiban ini saat musim kemarau panjang, dan jenis tarian ini dianggap sebagai jenis tarian ritual yang dipercaya bisa mendatangkan hujan. "Kesenian ini hanya tersisa satu kelompok saja, yakni di Kelurahan Ngadiluwih," papar Hariadi, menjelaskan.
Seni tari Tiban sendiri, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tradisi "okol" yang ada di Pamekasan, Madura dari sisi tujuannya, yakni sama-sama kegiatan ritual untuk memohon hujan.
Hanya saja, "okol" lebih bernuansa gulat, tanpa menggunakan cambuk untuk saling melumpuhkan lawan mainnya. Pada seni Tiban, kedua pemain menggunakan cambuk. "Bahkan, terkadang mereka hingga berdarah-darah," tutur Hariadi.
Demikian juga dengan jenis kesenian jemblung. Kesenian tradisional daerah yang berbentuk teater, kini kurang digemari masyarakat.
Kesenian jemblung ini biasanya dipentaskan oleh tujuh orang, termasuk di dalamnya pemukul alat musik dan seorang dalang sebagai orang yang mengantar bercerita.
Jenis kesenian ini juga dilengkapi alat-alat musik tradisional yang terbuat dari kulit dan kayu yang dipukul secara berirama.
Menurut Hariadi, di Kota Kediri kesenian Jemblung terpusat di Desa Bandar dan Lirboyo. "Cuma permasalahannya seperti yang saya sebutkan tadi, peminat jenis kesenian ini mulai berkurang," ucapnya.
Pemkot, kata dia, kini tengah berupaya untuk tetap mempertahannya dua jenis kesenian tradisional tersebut dengan cara mementaskan saat hari-hari besar, seperti pada tanggal 17 Agustus dan saat ada kegiatan pagelaran seni budaya.(Sumber :ANT)
Jodhi Yudono
Source: oase.kompas.com