Luna, Sigi, Ilya Sigma, Srikandi Film Indonesia Selanjutnya?
Sigi Wimala - Ilya Sigma - Luna Maya |
Tiga orang perempuan di bulan April, bulan kelahiran Kartini, memulai debut mereka sebagai sutradara. Meskipun bukan terhitung sebagai orang baru di dunia film, mereka baru menjajal menjadi sutradara untuk film omnibus PINTU HARMONIKA. Bukan untuk membuktikan apa-apa pada orang luar, niat awal mereka membuktikan pada diri mereka sendiri bahwa mereka layak 'naik kelas'.
Hampir setahun menyelesaikan proses pra produksi, Luna Maya yang menyutradarai film SKORS, juga bertindak sebagai produser. Sementara Sigi Wimala menyutradarai film PIANO. Dan Ilya Sigma yang selama ini bergelut di penulisan scenario, menggarap drama romantic komedi OTOT. Mereka berusaha memberikan kejutan-kejutan dalam setiap film yang tergabung dalam PINTU HARMONIKA agar penonton tertarik.
Perlu pertimbangan tersendiri hingga akhirnya mereka yakin untuk melangkah sebagai sutradara. Meskipun Luna dan Sigipunya pengalaman menjadi sutradara film pendek sebelumnya. Yang jelas, persahabatan mereka bertambah erat dengan proyek bersama ini. Dan persahabatan pulalah yang membuat persiapan mereka lancar. Simak perbincangan hangat kami di Menteng, 13 April 2012, tentang film mereka berikut ini:
- Gimana perasaan membuat film sendiri?
- Luna Maya: Lebih ke deg-degan. Yang pertama kali kan seneng, ada gugup juga. Ibaratnya kapal kita yang ngatur nih nahkodanya. Buat kapalnya berjalan dengan benar, nggak ada hambatan. Kurasa semua jawabnya sama, kerjaan apapun.
- Sigi Wimala: Walaupun dibilang first timer, ini dibilang peluang yang bagus. Film pendek pertama nggak ada budget, jadi kualitasnya semampu kita sendiri. Aku beruntung banget di produksi ini. Menyediakan kru dan tim yang solid, sangat membantu sekali. Kalau dibilang first timer, nggak adil sama yang lain. Inginnya hasilnya bagus.
- Jadi kru handal yang membuat mantap jadi sutradara?
- Luna Maya: Aku nggak berusaha bilang krunya nggak handal ato gimana. Alhamdulillah karena kita punya budget, membantu kita meng-hire orang-orang di perfilman Indonesia yang sangat kompeten. Hasilnya sangat bagus, kita memakai orang yang punya nama. Membantu kita menentukan angle atau apapun. Art-nya se-real mungkin. Komposisi angle biar bagus kita ngerti tapi nggak paham banget, tapi karena pake orang yang berpengalaman jadi membantu banget. Mereka orang yang nggak baru pertama kali ketemu, dari team mereka the best lah. Kita pede.
- Ilya Sigma: Krunya impian kita, pingin kerjasama dengan bang Eros. Alhamdulillah apa yang kita mau pasti bisa. Nggak pernah ada halangan dari mereka. Mereka yakinin mereka bisa dilakukan.
- Sigi Wimala: Segi komunikasi, ada yang senior nggak bisa komunikasi. Dari pihak produksi memilih tim, bukan hanya memudahkan kita. Mereka mau appreciate kita yang baru.
- Kenapa judulnya PINTU HARMONIKA?
- Luna Maya: Dulu mau judul 'Lantai Satu'. Itu kayak horor banget. Jadi akhirnya rembukan lagi. Sigi ngasih ide yang lucu, menarik. Dia keluar dengan kata PINTU HARMONIKA. Ceritanya kan memang memotret orang yang tinggal di ruko. Ruko kan emang pakai folding door, kalau di sini disebutnya pintu harmonika, akhirnya kita cari filosofi lain. Selalu ada hal yang tidak terlihat. Catchy dan membuat orang penasaran.
- Ngikutin tren bikin omnibus?
- Luna Maya: Justru nggak susah nyatuin karena genrenya beda. Punya pikiran sendiri. Yang menyambung itu ruko-rukonya itu. Cerita kita satu copot pun cerita selesai. Ada berkesinambungan dengan cerita lain. Aku cross dengan cerita yang lain. Tapi nggak ada sebab akibat, benang merahnya tinggal di tempat yang sama.
- Sigi Wimala: Base ceritanya bisa dibeda-bedain. Ruko kan jualan, buka toko senyum beda, tutup toko ceritanya beda. Agak klaustropobik. Kepribadiannya kan terbentuk.
- Ilya Sigma: Menggambarkan ruko yang sumpek, anaknya banyak.
- Kenapa tertarik bikin omnibus, apa karena lebih murah?
- Luna Maya: Konsep omnibus baru tahu jujur pas syuting Hi5teria, awalnya gitu. Dulu nggak pernah dengar tentang omnibus, sempat terpikir yuk bikin, secara budget emang lebih murah. Waktu di LA Indie Movie cuma dikasih Rp 50 juta jadi film juga. Aku juga kayak kepikiran, tapi nggak mau horor.
- Bagaimana bisa bertiga?
- Luna Maya: Tadinya mau 5 nama, dua yang lain sangat dikenal. Akhirnya aku nggak mau milih-milih nama lagi. Aku cari gimana nggak terkesan omnibus. Lihat Berbagi Suami, tapi itu satu sutradara. Di sini kita lebih pisahin lagi. 3 genre ini lebih sering ditonton orang Indonesia. Buat anak-anak nggak mau terlalu horor. Thriller-nya nggak horor banget.
- Horor bisa ditonton anak-anak juga?
- Ilya Sigma: Sekarang kita lihat film horor banyak banget, lihat poster aja udah takut. Gue mau nunjukin anak sekarang berani. Walaupun diganggu dia tidak berpikir mistis, tapi logika. Dari segi direction, cheerfull, dinamis. Dari namanya sangat familiar pernah ngalamin.
- Luna Maya: Cerita aku tentang anak yang sok kuat di sekolah, suka nge-bully tapi teryata kenyataan di rumah beda banget. Aku pernah ngerasain nge-bully terjadi di kehidupan tapi nggak persis. Gue pernah mem-bully, jadi melihat dari sisi pem-bully. Gimana kita bisa berkomunikasi dengan orang tua. Umur anak SMP segitu kan krusial banget.
- Sigi Wimala: SMP konteksnya lumayan berat.
- Ada Barry Prima dan Donny Damara ikut main, gimana membujuknya?
- Luna Maya: Ya sempat kepikiran ambil aktor muda, tapi dia udah eksis banget pada jamannya. Akhirnya gua harus ngomong secara pribadi. Ngobrol sama anaknya dulu. Akhirnya mereka mau, ketemu. Di luar dugaan orangnya kocak banget. Ngajak aktor senior nggak gampang. Ada rasa minder, tapi ternyata asyik banget. Enak lah melakukan aktivitas di luar dugaan.
- Ilya Sigma: Donny Damara aku yang pingin banget. Aku coba telepon eh langsung diangkat, trus disamperin, ternyata orangnya ramah. Pertama ketemu approach-nya bukan untuk film. Aku sibuk nyeritain kalau aku ngefans pas Donny jadi bintang iklan blue band. Cowok paling ganteng waktu kecil. Seneng banget. Pas nonton Lovely Man bagus banget, langsung terpikir harus Donny Damara yang main di film aku. Pingin menampilkan yang beda dari Lovely Man, jadi karakter yang lucu.
- Pengalaman syuting bareng mereka?
- Luna Maya: Ini filmnya kan drama, suka kelepasan jadi preman gitu Om Barry. Dia protes "Kok saya drama sih, bukannya komedi." Begitu juga dengan Barry yang identik dengan film laga. Aku happy banget, dia juga mau diarahin. Bangga banget bisa kerja sama Om Barry.
- Pemain paling sulit dicari?
- Sigi Wimala: Pemain utama film aku PIANO. Karena castingnya spesifik. Anak 11 tahun bisa main piano. Benar-benar harus nyari. Ternyata pas dapat anaknya sangat exited dengan tawaran main film, saat perform luar biasa. Jadi lega banget. Kirain bakal susah. Kan susah ya nyari yang bisa main piano dan akting.
- Luna Maya: Kita sangat kekurangan aktor-aktris usia 10 sampai 18 tahun. Kalaupun ada kebanyakan udah ada di ftv, striping. Terutama karakter aku. Yang bongsor, centil. Sangat kekurangan sekali. Anak SMA juga kurang, kita ambil umur 20an tapi masih baby face. Proses casting cukup melelahkan. Yang kita dapet yang kita pingin.
- Proses penyatuan cerita bakal rumit di editing?
- Luna Maya: Urutan masih bisa berubah. Dari semua permasalahan intinya nerima. Kita akan bicarakan lebih lanjut tentu di proses editing. (kpl/uji/nat)
Source: www.kapanlagi.com