Makin Banyak Bayi Berkepala Peyang
KOMPAS.com — Insiden bayi dengan bentuk kepala tidak teratur seperti pipih di bagian belakang tengkorak terus meningkat di Amerika Serikat. Kasus bayi berkepala peyang ini meningkat sejak negara itu mengampanyekan back to sleep atau posisi tidur telentang untuk mencegah sindrom kematian bayi mendadak atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).
"Tidak ada keraguan bahwa ketika kita sebagai negara mulai mengampanyekan bayi untuk tidur telentang. Cara ini dapat menurunkan sindrom kematian bayi mendadak secara signifikan. Tetapi, secara bersamaan, insiden posisi plagiocephaly atau kepala bentuk asimetri yang disebabkan oleh posisi tidur bayi terus mengalami peningkatan," kata Dr Sherilyn Driscoll, direktur kedokteran rehabilitasi pediatrik di Mayo Clinic Rochester, Minnesotta.
Driscoll mengatakan, bentuk kepala asimetri pada bayi umumnya mudah untuk ditangani, tetapi pemilihan waktunya harus tepat. Terapi harus dilakukan saat tengkorak bayi masih terus berkembang dan sebelum tulang tengkorak kepala bayi menyatu dan daerah lunak (soft spot) pada kepala bayi menutup.
Kepala bayi dengan bentuk asimetri harus ditangani cepat. Salah satunya, kata Driscoll, melalui metode reposisi, yakni membaringkan bayi dalam keadaan tengkurap dan bertumpu pada perutnya atau biasa disebut tummy time dan mengubah posisi tidur bayi (jangan hanya satu sisi). Jika pendekatan ini tidak berhasil, terapi helmeting dapat membantu tulang tengkorak tumbuh dalam arah yang benar.
Driscoll menjelaskan, penggunaan helm tidak dimaksudkan untuk memberikan tekanan atau mengembalikan bentuk tengkorak kepala bayi.
Terapi helmeting paling efektif jika dimulai pada usia 4 bulan sampai 6 bulan. Akan tetapi, jika terapi ini baru dilakukan saat bayi sudah mencapai usia 1 tahun, tingkat keberhasilannya sangat kecil.
Apabila orang tua menemukan bentuk kepala bayi asimetri saat berusia kurang dari 4 bulan, Driscoll menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk membahas cara-cara memosisikan bayi serta mengenali strategi mengarahkan dan mengajak bayi memutar kepalanya pada sisi yang kurang rata.
Driscoll menekankan, bayi dengan bentuk kepala asimetri harus mendapat penanganan dari dokter spesialis untuk menentukan apakah kondisi ini disebabkan posisi tidur bayi yang salah atau sebab-sebab lainnya. "Ada beberapa penyebab lain yang kurang umum, seperti craniosyntosis, yang dapat menyebabkan bentuk kepala asimetri," kata Driscoll.
Craniosynostosis merupakan sebuah kondisi medis di mana pembentukan antara tulang tengkorak kepala pada bayi terbentuk secara prematur. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya ketidaknormalan pada bentuk tulang tengkorak kepala bayi.
Source: health.kompas.com