Eretan, Warisan Tersisa Kerajaan Tarumanagara (3)
Wordpress.com |
Eretan (ilustrasi). |
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Muchtar dan Qomaruddin merupakan satu dari sekian banyak operator eretan. Keduanya bekerja melayani penyeberangan di Sungai Citarum di bawah bendera ‘Eretan Rengas Lima’.
Disebut demikian karena eretan ini terletak tepat di depan pohon rengas yang memiliki lima batang raksasa. Lokasinya berada di antara Desa Jayabakti, Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi dan Desa Segaran Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.
Muchtar dan Qomaruddin mengoperasikan eretan milik Marzuki (55). Meskipun sederhana dan terlihat rentan tenggelam, eretan ini selalu penuh dari pagi hingga sore hari. Di malam hari pun eretan masih beroperasi melayani kebutuhan masyarakat sekitar.
Jarak jembatan yang cukup jauh membuat masyarakat memilih untuk memanfaatkan jasa eretan daripada memutar melalui jembatan. “Kalau dari sini ke jembatan jaraknya cukup jauh. Orang malas memutar,” kata pemilik warung yang berdiri di dekat Eretan Rengas Lima, Tarsem.
Di sepanjang Sungai Citarum yang membelah dua kabupaten tersebut masih terdapat beberapa eretan lain. Namun, mungkin eretan milik Marzukilah yang paling ramai karena posisinya paling jauh dari jembatan.
Namun, penuh atau tidaknya eretan tidak hanya bergantung dari jarak eretan ke jembatan saja. Tarsem menyebutkan jalan menuju eretan pun menjadi pertimbangan bagi warga yang ingin menggunakan jasa penyeberangan tersebut. Jika jalan menuju eretan mulus dan selalu dirawat, warga akan senang menggunakan jasanya. Jika jalan berlubang dan berbatu, warga malas.
Saat Muchtar dan Qomaruddin bekerja mengoperasikan eretan, Marzuki tidak bermalas-malasan menunggu hasil kerja mereka. Ia pun ikut bekerja demi melancarkan pekerjaan dua mitra kerjanya.
Selain memuluskan jalan menuju eretan, Marzuki dan beberapa rekan lain juga bekerja menggali tepian sungai yang penuh dengan endapan pasir. Hal ini dilakukan agar eretan bergerak leluasa dari ujung satu ke ujung lain tanpa tersangkut karena dasar sungai yang meninggi.
Siang itu terlihat Marzuki tengah mencangkul di kedalaman Sungai Citarum, untuk mencegah pasir yang dibawa arus sungai mengendap di jalur eretan miliknya. Tidak terlihat rasa takut tenggelam atau terseret arus di wajah Marzuki. Padahal permukaan tepi sungai mencapai lehernya.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Friska Yolandha
Source: www.republika.co.id