Mind Set Keuangan ala Warren Buffett
Oleh: Fioney Sofyan *
Banyak orang tahu atau setidaknya pernah mendengar tentang seorang Warren Buffet. Warren Buffet diproklamirkan sebagai orang terkaya no.3 di dunia versi majalah Forbes pada tahun 2011, dengan besar kekayaan yang mencapai US$ 60 milyar.
Dari semua buku yang pernah beredar tentang Warren, uniknya tidak satupun dari buku-buku tersebut ditulis oleh Warren sendiri, atau atas perintah seorang Warren. Semua pasti berasal dari kerabat dekat atau partner, bahkan menantunya sendiri mampu bercerita tentang filosofi ala Warren, yang berhasil disimpulkannya sendiri atas dasar kedekatan dan interaksi mereka.
Dari semua buku yang saya baca tentang Warren, saya masih belum bisa berkesimpulan sendiri, tentang apa sih yang sebenarnya ada di dalam benak seorang Warren Buffett?
Sejak kecil, Warren sebenarnya hidup berkecukupan, mengingat bahwa ayahnya adalah seorang Congressman atau pejabat pemerintahan di Omaha pada waktu itu. Namun sejak usia 6 tahun, Warren telah memiliki pemahaman bisnis yang cukup tinggi untuk anak seusianya.
Ia membeli 1 pak Coca-cola di dekat rumahnya, dan menjualnya lebih mahal beberapa sen tak jauh dari rumahnya. Dan menjalani hidup layaknya anak-anak kecil biasa, sambil berjualan Koran. Baru pada usia 11 tahun, Warren mulai secara serius mempelajari tentang investasi di saham.
Singkat cerita, pelajaran pertama yang dipelajarinya dalam berinvestasi di dunia pasar modal adalah kesabaran.
Baru setelah Warren bertemu dengan seorang Benjamin Graham, Warren makin tertarik dengan dunia pasar modal. Bagi Warren, Graham mengajarkan teori value investing atau konsep investasi nilai. Disini Warren belajar untuk menganalisa suatu perusahaan untuk target investasi jangka panjang, dengan mencoba memproyeksikan perkembangan perusahaan tersebut ke depannya dan dengan melihat bagaimana performa perusahaan tersebut dalam periode 10 tahun terakhir.
Warren tidak akan berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki laporan keuangan kurang dari 10 tahun terakhir. Atau sederhananya, ia hanya akan berinvestasi pada hal-hal yang ia ketahui.
Kalau misalnya kita, pada dasarnya sudah beranti-pati terlebih dulu pada investasi di dunia pasar modal, maka cara Warren Buffett-lah yang sebaiknya kita tiru.
Ia mengombinasikan ajaran Benjamin Graham dengan Phil Fisher, sehingga tercipta sebuah “beli perusahaan dengan harga rendah dalam kaitannya dengan nilainya, lalu pegang sahamnya dalam waktu yang sangat panjang.”
Kleenex, Wrigley’s, Tampax, Coca-Cola, Gillette adalah sedikit dari beberapa ‘merk’ dagang yang sahamnya dibeli oleh Warren, karena ia melihat bagaimana perusahaan tersebut telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun dan mampu mempertahankan kualitasnya. Dan jelas produk-produk diatas adalah produk sehari-hari yang biasa kita pergunakan.
Warren termasuk seseorang yang menganut paham bahwasanya bursa saham itu tidaklah efisien untuk perspektif jangka panjang. Sebagai contohnya Warren menyebutkan investasinya di Washington Post Company pada tahun 1973. Washington Post Company memiliki Koran Washington Post, majalah Newsweek, dan 4 jaringan stasiun televisi, yang pada waktu itu, secara konservatif dinilai berharga US$500 juta – tetapi bursa saham memberi nilai hanya US$100 juta.
Dalam perspektif jangka pendeknya bursa melihat investasi di Washington Post Company tidak akan banyak berkembang dalam 1 tahun ke depan, atau dalam jangka pendek. Benar saja. Namun dari perspektif jangka panjang, Warren membeli saham perusahaan tersebut senilai US$10 juta, dan dalam 30 tahun kemudian, investasi senilai US$10 juta tersebut menjadi senilai US$1,5 milyar.
Kalau misalnya saja, kita bisa memiliki mind set atau berpikir seperti seorang Warren Buffet, yang tidak melulunya berpegang pada investasi jangka pendek, bukan mustahil kita sendiri juga dapat memiliki kekayaan dan keuntungan yang berkembang sangat besar, layaknya investasi seorang Warren.
Bagaimana dengan pemilihan saham atau produk investasinya? Sederhana. Mulai berinvestasilah dengan apa yang kita ketahui.
Contoh: penggunaan produk mandi kita dikeluarkan oleh perusahaan apa, dan bagaimanakah kinerjanya selama 10 tahun terakhir? Produk mie instant yang selalu ada dan menjadi makanan favorit di negara kita misalnya, bagaimanakah perkembangan dan kenaikan laba bersih perusahaannya dari tahun ke tahun? Atau perusahaan yang menjual spare parts kendaraan bermotor, perbankan, dan lain-lain, dapat menjadi beberapa pemilihan alternatif bagi kita secara mudah, apabila kita mau mempelajari laporan keuangannya dan mau berinvestasi untuk jangka panjang.
Seorang Warren tidak akan mau berinvestasi pada produk Apple, sederhana karena ia tidak paham tentang tehnologi tersebut dan tidak dapat melihat bagaimana perkembangannya dalam 10-15 tahun mendatang. Kualitas dan sifat ekonomi jangka panjang sebuah bisnis yang menjadi taruhannya di sini.
“Belilah hanya sesuatu yang sepenuhnya dapat memuaskan Anda jika bursa tutup selama sepuluh tahun ke depan” - Warren Buffett
Kalau kita berada dalam satu ruangan dengan Buffett, mungkin pertanyan konseptual yang ada adalah “Jika Anda harus menaruh semua uang Anda dalam satu saham, dan Anda harus bepergian ke pulau terpencil selama 10 tahun, Anda akan membeli saham apa?”
Perlu waktu bagi sebuah bisnis untuk berkembang, dan semuanya tidak dapat terjadi dalam semalam. Begitu pula dengan investasi. Hanya orang-orang yang memperlakukan investasi sebagai judi dan tidak mengertilah yang kemudian terjebak dalam analogi bahwa investasi itu menakutkan dan pasti rugi.
Padahal apabila kita mau melihat, bahwasanya investasi di saham masih merupakan pemilihan yang baik dan sangat menguntungkan.
Warren Buffett, Bill Gates, George Soros, Donald Trump, semua melakukan hal yang sama. Bagaimana dengan Anda?
*) Konsultan Financial Planning di Fin-Ally.com
Source: blog.tempointeraktif.com