Grojogan Sewu, Keindahan Lereng Gunung Lawu
KARANGANYAR, (PRLM).- Grojogan Sewu yang terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah, memang menjadi salah satu objek wisata favorit. Lokasinya berada di lereng Gunung Lawu yang keseluruhan hutan wisatanya mencapai luas 20 hektare.
Makna Grojogan Sewu sendiri beragam. Ada yang menyatakan karena banyaknya titik air terjun yang kecil-kecil meskipun jumlahnya tidak banyak. Ada pula yang menyatakan karena tingginya air terjun utama yang mencapai sekitar 81 meter yang menandakan kebesarannya. Selain itu, ada pula yang mengartikan itu adalah air terjun yang harus dilalui oleh ribuan anak tangga.
Sebagai tempat wisata, Grojogan Sewu memang menarik. Ia tampak segar dan alami karena tidak ada perombakan alam secara besar-besaran di sana. Biayanya pun murah yaitu Rp 8 ribu saja. Di sana, banyak lokasi yang dijadikan latar foto oleh pengunjung, utamanya di dekat air terjun.
Dalam perjalanan meniti anak tangga, pengunjung pun akan ditemani banyak monyet. Berbagai lokasi wisata hutan di belahan Indonesia yang lain memang sering terlihat banyak monyet. Misalnya di Pangandaran Jabar, Uluwatu Bali, dan lainnya. Namun, monyet di sana tidak terlalu mengganggu pengunjung seperti mengambil-ambil barang.
Selain untuk melihat keindahan air terjun, pengunjung yang berwisata ke sana juga bisa memanfaatkan fasilitas lain. Di antaranya kolam renang, permainan flying fox, dan arena lainnya yang minimalis.
Di sekitar pintu masuk Grojogan Sewu, terdapat berbagai dagangan buah, makanan kecil, dan cindera mata lainnya dengan harga yang tidak terlalu mahal. Untuk makanan, di sana banyak pedagang sate yang menggunakan daging ayam, kelinci, dan landak. Dipesan dengan nasi atau lontong, harga berbagai makanan itu pun hanya belasan ribu rupiah.
Lebih dari sekadar keindahan, keberadaan Grojogan Sewu sebenarnya bisa juga menjadi bahan pelajaran yang terbuka dan tersedia di alam. Utamanya adalah mempelajari peristiwa alam apa yang membuat Grojogan Sewu seindah itu.
Menurut Awang Harun Satyana, ada dua kemungkinan peristiwa geologis yang terjadi dahulu kala di Gunung Lawu yang membuat Grojogan Sewu seindah sekarang. Wilayah itu bisa jadi merupakan patahan yang terjadi karena longsornya lereng gunung.
“Di lereng Gunung Lawu memang banyak patahan tegak lurus yang mayoritas patahannya mengarah ke utara,” tuturnya. Patahan atau longsoran itu terjadi karena batuan di bawahnya yang bersifat lebih licin. Sementara, di bagian atasnya, badan gunung itu sudah menjadi berat akibat muntahan lava dari gunung yang sudah menjadi bebatuan.
Kemungkinan lainnya, Awang mengatakan, kawasan itu memang merupakan lembah tua. Tumpukan lava pada bagian atas dinding gunung merupakan batas akhir aliran lava. Air terjun terjadi karena di atas tebing itu muncul aliran sungai yang airnya terjun ke bawah.
"Lavanya telah membeku menjadi seperti tiang-tiang. Secara alamiah, ada yang membentuk heksagonal, pentagonal, atau bujur sangkar. Di Grojogan sewu lebih banyak bujur sangkar,” tuturnya.
Bahan pelajarannya sudah terbuka dan tersedia, maka pemuda-pemuda harus terus memancing keingintahuannya untuk melakukan pembuktian-pembuktian secara langsung. Pembelajaran tentang alam banyak tersedia dengan sambil menikmati keindahannya.
Dinding tebing yang berdekatan dengan air terjun memang indah. Namun, itu mengandung bahaya karena ternyata bisa runtuh sedikit demi sedikit dari tebingnya. Di sungai pada dasar air terjun, memang terlihat ada batuan berbentuk bujur sangkar.
Karena itu, pengelola Grojogan Sewu memang melarang pengunjung untuk mendekati dinding tebing. Bila berkunjung ke sana, batas-batas itu memang sebaiknya dipatuhi untuk menjamin keamanan bersama. Selain itu, untuk mengunjunginya, tentu dibutuhkan kondisi fisik yang prima dan kegigihan untuk menyusuri 1.250 anak tangga. (A-160/A-147)***
Source: www.pikiran-rakyat.com