Kumango, Silat Leluhur dari Minangkabau
Liputan6.com, Padang: Bicara budaya dan sejarah Minangkabau, tak akan lepas dari Kabupaten Tanah Datar yang kerap disebut Luhak Nan Tuo. Inilah sebuah ranah yang diyakini sebagai tempat asal orang Minangkabau. Sebagai tempat asal, Tanah Datar banyak menyimpan peninggalan sejarah, tradisi, sekaligus tatanan budaya yang mendarah daging dengan masyarakat.
Tak hanya budaya adat, tradisi kebutuhan akan kemampuan bela diri pun tetap lestari. Itu sebabnya tak sulit menemukan perguruan silat di tempat ini. Silat Kumango, contohnya. Jenis bela diri ini merupakan perpaduan seni bela diri dengan tarekat sekaligus penyempurnaan dari silat-silat yang lebih dulu berkembang. Silat tersebut dirancang sedemikian rupa hingga sejajar dengan aliran silat klasik seperti Silat Lintau, Macan, Melubus, dan Pariaman.
Silat Kumango adalah satu dari sepuluh aliran silat legendaris dari Minangkabau. Silat ini terkenal dengan jurus mematikan yang disebut kuncian kemanga. Dalam gerakan, ada sepuluh jurus inti kumango. Yaitu, ilak kida, ilak suok, sambuik pisau, rambah, cancang, ampang, lantak siku, patah tabu, ucak tangguang, dan ucak lapeh. Selain itu, ada gerakan dasar bernama langkah tuo, yaitu gerakan menyerang maupun menangkis dengan cepat yang membuat lawan tak berkutik. Juga ada langkah ampek, yaitu pengembangan langkah tuo yang berfungsi sebagai umpan bagi lawan.
Jenis silat ini dirancang tak sekadar sebagai beladiri, tapi juga dikombinasikan dengan ajaran-ajaran Islam. Perihal waktu latihan, ada perbedaan filosofi antar berlatih di siang benderang dengan malam yang penuh nuansa cahaya remang. Pada siang hari, gerakan dan fokus mata bisa lebih terjaga, sedangkan malam hari perlu perhatian lebih tinggi untuk kesigapan mata dan gerakan.
Antusiasme masyarakat di Nagari Kumango dalam mempelajari jenis silat ini terus berjalan. Tak heran, nagari ini menjadi saksi bisu atas perkembangan aliran silat yang ditetaskan Syekh Mudo Abdurrahman al-Khalidi pada akhir 1800-an silam. Begitu kentalnya tradisi silat di nagari ini, sekolah setempat menjadikannya sebagai pelajaran olahraga.
Jenis bela diri Kumango bermula dari sebuah Surau Subarang, masjid kecil di Nagari Kumango, Kecamatan Sungai Tarab. Dulu, Syekh Abdurahman atau dikenal dengan Alam Basifat tak hanya mengajar agama di tempat tersebut namun sekaligus mengajar ilmu silat kepada para pemudanya di malam hari. Kebiasaan pemuda Minang zaman dulu yang lebih senang menginap di surau diisi sang syekh dengan belajar bela diri ini.
Syekh Mudo Abdurrahman Al Khalidi merupakan pria yang memiliki naluri lelaki berdarah panas. Sang pionir ini menjadi penganut Tarekat Samaniyyah dan Naqsyabandiah. Ia kemudian menciptakan gerakan-gerakan silat tersebut yang ajaran-ajarannya sarat akan cinta kasih. Kemasyhuran nama sang guru sebagai guru silat membuat ia banyak mengembara ke daerah lain. Syekh melebarkan sayap silat ciptaannya hingga ke wilayah Sumatera Utara, Aceh, bahkan hingga ke Malaysia.
Saat ini, jasad Syekh Abdurrahman "dibaringkan" tepat di samping surau tempat ia menularkan ilmu silat dan ilmu agama. Hal itu guna mengingatkan syiar agama beliau melalui silat Kumango kepada generasi penerus. Tak hanya makam, kediaman Syekh pun hingga kini masih tetap dipertahankan warga Kumango sebagai bentuk kecintaan pada sang guru.
Hingga kini, cucu dari Syeikh Abdurrahman yang bernama Ahmad Bakrie Burhan masih tinggal di Nagari Kumango, menjadi tetua silat dari sang kakek. (ALI/YUS)
Source: berita.liputan6.com