Menjelajah eksotika Lombok
Desy Saputra |
Pemandangan laut Senggigi dilihat dari Bukit Malimbu (antaranews.com/desysaputra) |
Tempatnya indah, suasananya tenang dan udaranya sejukJakarta (ANTARA News) - Walau semalam, traveling singkat ke Lombok dalam program "Mediatrip to Lombok with Citilink" menjadi catatan perjalanan yang menarik sekaligus menantang.
Airbus A320-200 yang membawa 30 wartawan dan para pejabat Citilink mengudara pukul 12.00 WIB dan tiba sejam kemudian di Bandara Juanda, Surabaya. Lalu ganti Boeing 737-400 untuk memulai petualangan singkat di Lombok, pukul 15.30 WIB.
Citilink yang mendaulat perusahaan penyedia jasa penerbangan berbiaya murah, baru saja membuka rute baru Surabaya - Lombok.
Dua kali sehari berangkat dari Surabaya pada 15.30 dan 18.10 WIB, dua kali pula dari Lombok pada 17.30 dan 20.50 WIB, hanya dengan tiket seharga Rp280.00 - Rp380.000.
Mengapa memilih Lombok?
"Lombok memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang pariwisata. Apalagi didukung bandara dan fasilitasnya yang memadai serta infrastruktur yang semakin baik," ujar CEO PT Citilink Indonesia Arif Wibowo.
Pukul 17.20 WITA, Boeing 737-400 yang mengangkut kami tiba di Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya, Lombok Tengah.
Suara gamelan dan musik tradisional Lombok, serta liukan belasan penari menyambut kami dan petualangan singkat di Lombok pun mulai.
Dari bandara, rombongan langsung ke Senggigi di Lombok Barat.
Setelah menempuh perjalanan sejauh 70 km, tibalah di Holiday Resort, tempat kami menginap. Usai menempuh perjalanan cukup panjang dari Jakarta ke Lombok, makan malam menjadi saat yang paling ditunggu.
Begitu ayam taliwang, ikan bumbu manokwari serta sejumlah kudapan lain dihidangkan, makan malam pun dimulai.
Meja dan kursi yang ditata di taman dengan beratapkan langit dan bermusikkan deburan ombak Pantai Senggigi menambah nikmatnya malam malam.
Esoknya, menyusuri pantai sepanjang Lombok Utara, Desa Senaru menjadi tujuan pertama kami. Walau memakan waktu sekitar tiga jam, Anda tak akan bosan menjajalnya karena laut yang indah dan air nan jernih membuat mata siapapun terus terbuka. Jangan lupa berhentilah sejenak di Bukit Malimbu untuk foto-foto.
Di Desa Senaru, kuliner khas desa di kakibukit Gunung Rinjani ini telah menanti untuk dicicipi. Di satu restoran yang menghadap air terjun Senaru, telah terhidang sayur ares, jejeruk, sate luh-luh dan ayam plecing.
Menurut Afti (40), sang pemasak seluruh masakan, sayur ares yang dibuat dari batang pisang paling tengah dimasak dengan santan seperti sayur lodeh, adalah khas desanya.
Sementara jejeruk adalah sejenis urap-urap yang ditaburi irisan-irisan tipis kelapa muda.
Sate Luh-Luh tak kalah menarik. Disajikan kering tanpa bumbu kacang dan berbumbu rempah dari ikan laut, masakan ini gurih menggugah selera.
"Semua jenis menu ini tidak tersedia setiap hari. Kami hanya memasaknya apabila ada hajatan atau acara keagamaan," ujar Afti.
Cara menyajikannya pun menarik. Para pramusaji menghidangkan makanan ini pada piring jumbo berbahankan kayu dengan kaki di bawahnya.
Di atas piring besar berfungsi nampan itu diletakkan piring dan mangkok berisi sayur ares, sate luh-luh, jejeruk dan ayam plecing.
Taman Raja
Selesai makan siang, Taman Narmada di Desa Lembuak, Lombok Barat, menjadi tujuan berikutnya.
Taman ini hanya 10 kilometer dari kota Mataram, tapi dari Desa Senaru yang jauhnya 100 km memerlukan 3,5 jam untuk menempuhnya setelah terlebih dulu membelah perbukitan dengan jalan menanjak berkelok tajam.
Namun bukit yang hijau, sungai berbatu besar dan monyet-monyet liar yang bergelantungan di pohon membuat perjalanan selama itu tak membosankan. Jika pun haus di tengah perjalanan, di pinggir jalan, tersedia air aren yang dijajakan warga. Harganya Rp3.000 sampai Rp6.000.
Lalu tibalah di Taman Narmada.
Taman yang dibangun pada 1727 oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah Karang Asem ini memiliki beberapa tempat menarik.
Ada kolam besar yang konon tempat raja dan permaisuri mandi, danau buatan yang menggambarkan danau Segara Anak di Rinjani, kamar-kamar berpintu kayu berukir yang dipercaya sebagai kamar tidur raja dan selir, Pura Kelasa, kolam renang untuk pengunjung, dan bangunan kecil bernama "Balai Patirtan".
Balai patirtan adalah tempat bertemunya tiga sumber mata air yakni Suranadi, Lingsar dan Narmada. Bagi umat Hindu, air ini dipandang sebagai air suci dan konon berkasiat untuk pengobatan.
"Warga sekitar menyebutnya air awet muda. Selain itu,dengan cara meminumnya, air ini diyakini juga dapat menyembuhkan rematik dan berbagai penyakit lainnya," ujar Agus Budi, sang pemandu wisata.
Taman Narmada adalah salah satu tujuan wisata favorit wisatawan.
"Di akhir pekan, saya sering mengajak keluarga berenang di Narmada. Tempatnya indah, suasananya tenang dan udaranya sejuk. Anak-anak juga bisa bermain di taman yang luas," kata Agung, warga Mataram, yang mengeluarkan Rp5.000 untuk memasuki taman ini.
Agus sang pemandu menjelaskan, diperlukan minimal tiga jam untuk berkeliling taman seluas dua hektare ini. Sayang, kami hanya 15 menit di sini.
Perjalanan panjang dari Senaru menuju Narmada telah menyita waktu kami, padahal penerbangan menuju Surabaya tinggal hitungan satu dua jam ke depan.
Sebelum itu kami mencapai dulu Cakranegara, untuk membeli oleh-oleh.
Beragam makanan dan cemilan khas Lombok dijual di sini, pun kaos dan kain tradisional, hiasan rumah, serta mutiara Lombok. Harganya mulai Rp20.000 hingga ratusan ribu rupiah. Dodol nangka, keripik nangka, dodol rumput laut dan kacang mede dihargai minimal Rp25.000, sedangkan dendeng rusa dan abon rusa dijual mulai Rp100.000.
Di Lombok ada banyak tempat untuk membeli oleh-oleh dan cinderamata selain pasar Cakranegara, namun jika wisatawan mau sedikit menjelajah untuk mencari buah tangan dari Lombok, maka akan dapat menemukan cinderamata dengan harga sangat terjangkau namun eksklusif.
Selesai di Cakranegara, kami bergegas menuju bandara yang hanya 45 menit dari Cakranegara.
Dibandingkan bandara sebelumnya, Selaparang di tengah kota Mataram, BIL memang relatif jauh dari Senggigi atau Narmada, namun perjalanan menuju BIL sangat menyenangkan karena bebas macet, jalannya lebar lebar dan pemandangan kanan kiri jalan yang menarik.
Agus menilai Lombok banyak berubah dan berbenah sejak ada BIL. Usaha di bidang pariwisata bermunculan, ruko dan toko dibangun, sementara pemerintah daerah kian serius menggarap sarana infrastruktur.
"Dengan kondisi jalan dan fasilitas yang semakin baik, semoga dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi," harap Agus.
Pukul 17.50 WITA Citilink kembali menerbangkan kami ke Surabaya dengan pesawat bernomor penerbangan QG 661.
Cukupkah menjelajah Lombok hanya dengan dua kali 24 jam? Tentu tidak. Masih banyak tempat wisata lain yang semestinya dikunjungi. Desa Sasak, desa tenun, Pantai Kuta, Tanjung An, Gunung Rinjani, Danau Segara Anak, dan masih banyak lagi.
Citilink bisa menjadi pilihan menjelajah Lombok lebih lama lagi. Sejak 15 September lalu, anak perusahaan PT Garuda Indoensia Tbk ini meluncurkan rute baru, Surabaya-Lombok.
Ini ditempuh perusahaan dalam upaya menyasar 40 ribu penumpang pada kurun Oktober - Desember 2012 yang adalah bagian dari total 4,2 juta penumpang yang dibidik maskapai ini sepanjang 2012.
"Rencananya kami akan membuka tiga kali penerbangan ke Lombok sampai akhir tahun ini," kata Arif Wibowo.
Demi memenuhi target 4,2 juta penumpang itu, Citilink menambah rute, frekuensi penerbangan untuk beberapa rute dan armada terbang, serta harga tiket yang terjangkau.
Rute-rute baru meliputi Batam-Padang, Surabaya-Batam, Jakarta-Makassar, Banjarmasin-Makassar, Balikpapan-Makassar, Denpasar-Bandung, Makassar-Yogyakarta, dan Makassar-Banjarmasin akan dibuka hingga akhir 2012 ini. 16 pesawat beroperasi untuk rute-rute baru ini dan akan menjadi 21 armada sampai akhir tahun ini.
"Tahun ini traffic penerbangan domestik meningkat cukup pesat di mana pasar yang lebih dominan adalah middle down market yang merupakan pasar untuk low cost income," demikian Arif.
Editor: Jafar M Sidik
Source: www.antaranews.com