• img

Kampus, Solusi Ruang Hijau

blog sauted | Kamis, 13 Desember 2012 | 10:03

Kampus, Solusi Ruang Hijau
Johan Rubiyanto. (Foto: dok. pribadi)


PERTUMBUHAN manusia yang semakin tidak terbendung, arus urbanisasi dari desa ke kota karena berbagai faktor konstruksi kemasyarakatan, ekonomi, budaya dan sebagainya telah mengakibatkan dampak positif dan negatif. Salah satu dampak positifnya adalah berkurangnya pengangguran serta meningkatnya kesejahteraan mereka. Tetapi, berbagai masalah juga muncul, mulai dari ketimpangan pembangunan secara infrastruktur dan ekonomi di kota dan desa hingga minimnya jaminan dari segi keselamatan, kesehatan, pendidikan bagi para pendatang. Dampak paling jelas adalah, urbanisasi akan meningkatkan populasi manusia dari tahun ke tahun yang langsung berpengaruh terhadap semakin sempitnya tanah perkotaan untuk tempat tinggal pendatang.

Pemanfaatan lahan kosong oleh pendatang untuk tempat tinggal serta mata pencaharian tentunya akan mengakibatkan semakin sedikitnya ruang hijau yang tersedia di daerah perkotaan. Hak masyarakat untuk memiliki ruang hijau pun kian berkurang. Belum lagi pembangunan yang niatnya membangun yang buruk menjadi baik, justru mengakibatkan pengotoran dan perusakan lingkungan hijau perkotaan

Ruang hijau ini sangatlah vital bagi warga perkotaan. Semakin meningkatnya kesemerawutan lalu lintas, tuntutan pekerjaan dan hidup serta masalah-masalah social lainnya akan meningkatkan stres secara signifikan di kalangan warga kota yang tidak mempunyai akses hiburan yang relatif mahal dan jauh dari daerah perkotaan. Ruang hijau sering dimanfaatkan untuk olahraga masyarakat, tempat berkumpul keluarga, berekreasi dan beristrahat sejenak dari rutinitas hidup. Ruang hijau selain untuk meredam stres masyarakat juga sebagai paru-paru Ibu Kota dan menetralisasi udara yang penuh dengan polusi.

Pada kenyataanya, ruang hijau ini sangatlah sedikit dan dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Banyaknya lahan kosong justru dimanfaatkan untuk kepentingan komersil seperti mal, apartemen atau kawasan perkantoran. Diperlukan sebuah terobosan baru untuk mengatasi permasalahan ini. Salah satunya adalah pemaksimalan lahan kosong yang berada di lingkungan pemerintahan dan akademik (kampus). Kampus tidak hanya sebagai tempat belajar mengembangkan diri, berorganisasi atau tempat yang berhubungan dengan masalah akademik. Lebih dari itu, kampus mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan publik atau pemanfaatan lahan kampus yang kosong untuk ruang hijau yang akhirnya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat umum. Posisi kampus yang kebanyakan di tengah kota perlu diberi perhatian khusus dalam hal pengembangan wilayahnya. Kampus sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak hanya membangun fasilitas penunjang akademisi, tetapi fasilitas yang bisa termanfaatkan oleh masyarakat luas, misalnya taman sebagai ruang hijau.

Kesehatan masyarakat akan berbanding lurus dengan tersedianya nutrisi yang diperlukan tubuh, pola hidup, serta kondisi lingkungan. Pemanfaatan lahan kosong kampus untuk ruang hijau paling tidak akan bermanfaat di antaranya:

Sarana pendekatan dengan masyarakat

Adanya ruang hijau di tengah-tengah kampus juga dapat menjadi sarana pendekatan dari pihak kampus kepada masyarakat. Disadari atau tidak, secara struktur sosial, kedekatan civitas kampus, terutama mahasiswa, sangatlah perlu untuk ditingkatkan lagi. Dengan adanya pendekatan ini pula, maka mahasiswa dapat mengenal lebih jauh struktur sosial yang ada di sekitarnya sehingga peran mahasiswa sebagai agen perubahan di dalam masyarakat akan dapat termaksimalkan. Cara ini juga diharapkan akan melunturkan pengkastaan sosial antara civitas kampus dengan masyarakat.

Kesadaran akan pendidikan

Idealisme masyarakat untuk menempuh pendidikan tinggi dirasa sangatlah rendah. Selain mahalnya biaya kuliah, pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan masih kurang. Pendidikan hanya dipahami sebagai alat untuk mencari uang. Banyak yang bilang, “Kenapa sekolah tinggi? Toh ujungnya nyari uang juga.” Dengan pendekatan tadi, diharapkan motivasi masyarakat untuk menuntut ilmu semakin meningkat.

Munculnya keserasian

Keserasian manusia dengan alam tidak hanya dalam masalah teknologi, bagaimana menggunakan alam secara bijak, tetapi juga upaya untuk terus membagun alam yang ramah terhadap lingkungan perkotaan. Tata kota menjadi sangat vital untuk dilakukan dalam memenuhi keramahan alam tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga jangka panjang. Memaksimalkan lahan kosong, termasuk lahan di tengah pemerintahan maupun akademisi (kampus) adalah salah satu sikap bijak keramahan terhadap alam perkotaan.

Ruang hijau sebenarnya mutlak dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan, terutama untuk sarana peningkatan kesehatan masyarakat. Adanya keterbatasan lahan dapat diatasi dengan memaksimalkan tanah kosong yang ada di tengah-tengah kampus untuk diubah menjadi ruang hijau, atau pembukaan ruang hijau kampus kepada publik. Hal ini tentunya harus adanya dukungan dari semua pihak kampus dan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan di dalam mayarakat

Johan Rubiyanto
Mahasiswa PAI, Fak. Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Staf Humas KAMMI Komsat UIN
(//rfa)
Source: kampus.okezone.com

Saat ini SAHABAT berada di area blog sauted dengan artikel Kampus, Solusi Ruang Hijau.
<< >>