Efek Kelebihan Vitamin C dan E
Ketidakseimbangan antara kemampuan pertahanan antioksidan tubuh dengan paparan radikal bebas mengakibatkan kondisi yang dikenal dengan istilah stres oksidatif.
“Kemampuan pertahanan antioksidan tubuh bisa disebabkan kurangnya asupan antioksidan, maupun menurunnya respon antioksidan alamiah dalam tubuh,” kata dosen Peneliti Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI), Rani Sauriasari di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, upaya pencarian antioksidan yang bekerja melalui mekanisme yang efektif dalam meningkatkan pertahanan antioksidan pada kondisi diabetes melitus menjadi hal yang sangat penting.
Antioksidan potensial yang telah diketahui mampu meredam stres oksidatif adalah vitamin C dan vitamin E.
Namun vitamin C dan vitamin E yang tersedia berlebih dalam tubuh justru akan berubah menjadi prooksidan setelah teroksidasi, jelasnya.
Ia menambahkan,asam lipoat (ALA) atau bentuk tereduksinya, asam dihidrolipoat (DHLA) disebut juga sebagai senyawa antioksidan universal karena kemampuannya yang luas, termasuk merecycle vitamin C, vitamin E, dan glutation (GSH) agar dapat bekerja kembali.
Karena itu, ruang lingkup penelitian adalah stres oksidatif dan stres nitrosatif, mencakup studi in vitro menggunakan mikroba dan cell line, hingga studi epidemiologi (studi terhadap populasi manusia, ujarnya.
Menurut dia, ia melakukan penelitian in vitro menggunakan mutant Escherichia coli sebagai bacterial model untuk menguji sifat oksidan dan mutagenisitas serta daya anti oksidan senyawa alami dan sintetis.
Selain itu, pewarna rambut henna (henna dye, Lawsonia inermis Linn) dan senyawa aktifnya (lawsone), ucapnya.
Peneliti melakukan penelitian terhadap marker stres oksidatif, nitrosatif, dan inflamasi pada perokok dan kaitannya dengan fungsi ginjal (parameter yang diukur adalah laju filtrasi glomerulus, proteinuria, blood urea nitrogen, dan serum kreatinin) serta penyakit lain terkait gaya hidup (lifestyle-related disease).
Saat ini, penelitiannya masih terus fokus pada penelitian terkait stres oksidatif dan stres nitrosatif, dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas antioksidan enzimatis dan produk modifikasi oksidatif, seperti malondialdehida dan 8-isoprostane pada pasien diabetes melitus tipe dua di Indonesia.
Ditanya harapannya ia mengatakan, hasil dari penelitian ini tentunya menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai pengembangan terapi klinis untuk mengatasi kondisi stres oksidatif pada pasien diabetes melitus tipe dua Indonesia.
Selain itu mendukung upaya pencegahan penyakit (preventive medicine) komplikasi pada pasien diabetes melitus, sebagai upaya memangkas biaya kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, kata Rani.
Source: www.wartakotalive.com