Dialog Budaya Masyarakat Adat Berlangsung Hangat
RETNO HY/"PRLM" | JANUAR P Ruswita (kiri) memaparkan pandangannya tentang perekonomian masyarakat adat didampingi pembicara Ismet Ruchimat (tengah) dan Poppy Savitri diacara Dialog Budaya Festival Budaya Masyarakat Adat tatar Sunda bertempat di Bale Gede Alam Sentosa.* |
BANDUNG,(PRLM).- Potensi yang dapat dikembangkan masyarakat adat dalam upaya mengembangkan perekonomian berbasis nilai-nilai dan budaya yang berkembang di masyakarat adat. Selain pengembangan hasil bumi dan kerajinan, pengembangan destinasi pariwisata budaya hal yang paling banyak dilakukan oleh sejumlah negara, demikian pula halnya dengan beberapa kampung adat di Jawa Barat dan Banten, seperti di Kampung Naga, Ciptagelar ataupun Baduy.
Demikian diungkapkan Dewan Redaksi HU Pikiran Rakyat yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Barat Bidang Data dan Informasi, H.Januar P Ruswita, pada Dialog Budaya Masyarakat Adat bertempat di Bale Gede Alam Sentosa, Kamp. Sekebalimbing, Ds. Pasir Impun, Kec. Cimenyan, Kab. Bandung.
“Potensi wisata budaya selama ini belum digarap secara maksimal, wisata budaya dapat dilaksanakan masyarakat adat dengan dukungan pemerintah dalam hal pembangunan inprastruktur yang memadai,” ujar Januar dalam dialog yang diselenggarakan bersama sejumlah pupuhu masyarakat adat dipandu Gustaff dari Common Room Networks Foundation, pada hari kedua (Selasa, 29/5/12) Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Sunda.
Sementara Ismet Ruchimat (staf pengajar di STSI Bandung dan Pimpinan Grup Samba Sunda), memaparkan pengalamannya selama melanglangbuana ke sejumlah negara dimana ada banyak seni budaya tradisi yang mampu mengangkat keberadaan suatu daerah atau masyarakat. Diungkapkannya pertemuan dengan Dalai Lama yang mengatakan bahwa suatu budaya akan mampu bertahan selama masyarakatnya ada dan memelihara budayanya.
Pemaparan Ismet Ruchimat ditegaskan oleh Poppy Savitri, Direktur Desain dan Arsitektur di Kementrian Pariwisata dan Ekonomi, bahwa kebudayaan di masyarakat adat sekalipun sangat lentur dan dinamis. “Dengan tanpa menghilangkan nilai-nilai yang terkandung dalam seni maupun budaya tradisi, seni budaya tradisi dapat diangkat dan menjadi bagian seni budaya kekinian hingga memiliki nilai tambah,” ujar Poppy.
Terhadap paparan ketiga pembicara, sejumlah sesepuh masyarakat adat merasa bahwa yang dipaparkan terlalu jauh dan keluar dari konteks dialog yang diharapkan. “Tadinya kami mengharapkan dialog ini berisikan solusi apa dan bagaimana yang harus kami lakukan sebagai masyarakat adat dimana kami sangat tergantung pada alam dan lingkungan, diantaranya hasil kapolaga kami saat ini sudah diekspor,” ujar Abah Dede dari Panjalu Ciamis.
Hal senada juga diungkapkan Jajang dari Kampung Adat Sanaga, bahwa salah satu hasil utama masyarakat Kampung Sanaga adalah penyemaian bibit. “Tapi setelah ada aturan pemasaran dari Perhutani bahwa bibit harus berlesensi dan penjual berbadan hukum, akhirnya penjualan menemui kendala. Karenanya melalui dialog ini kami berharap jalan keluarnya,” ujar Jajang.
Terhadap masukan dan juga permasalahan yang dihadapi masyarakat kampung adat, baik Poppy Savitri maupun Januar P Ruswita berjanji untuk turut membantu dan mencari solusi. Bahkan mereka akan dengan senang hati untuk dimintai saran setiap waktu. (A-87/A-108)***
Source: www.pikiran-rakyat.com