Memiliki Banyak Anak, Inilah Tips Mengasuhnya
REPUBLIKA.CO.ID, Ketenangan dan keikhlasan membuat Lani Hastiningtyas tak merasa repot mengurus lima anak. Ia justru senang dikelilingi banyak anak. “Sebetulnya, ‘kebobolan’,” ucap istri dari dr Iswan Syarif SpOG ini sembari terkekeh.
Setelah setahun menikah, lahirlah Nauviero Farizi Syarif (14 tahun). Dua tahun kemudian, ia mengandung, tapi keguguran. Sebulan berikutnya, ia hamil dan lahirlah Ghefira Fildza Thaafqila (11). Selang dua tahun kemudian, Dhaina Farsya Urfarizka (10) hadir meramaikan keluarganya. Setelah itu, lahir Thufailla Fainy Alditha (8). Pada 2005, keluarga Lani makin lengkap dengan lahirnya Ghithrafi Fadhgazka Syarif (7). “Ketika sudah memiliki empat anak, saya tidak menyangka akan hamil kembali,” kenang Lani.
El Shanti Yuliana dan Asep Handayana juga sangat menikmati memiliki banyak anak, apalagi ketika bepergian. Ketika mereka jalan-jalan di mal, banyak mata akan melirik ke arah keluarga besarnya. El Shanti senyum saja membalas tatapan yang tertuju padanya. “Punya banyak anak itu seru,” ujarnya ringan.
Banyak anak tak selalu membuat El Shanti dan Asep menjadi repot. Niat dan keikhlasan pasangan suami istri ini menjadi penyemangat utama. “Ma salah tidur malam dan bangun hingga pagi kembali adalah hal yang biasa dilakukan seorang ibu,” komentar perempuan kelahiran Makassar, 24 Juli 1971 ini.
Ketika menikah pada 1991, El Shanti dan Asep tak menargetkan jumlah anak. Kala anak pertama, Saif (20) lahir pada 1992, ia belum melirik program KB anjuran pemerintah. “Saat itu saya masih cukup muda dan mampu meng urus anak sendiri.”
Kelahiran Jafar (19) juga tak membuatnya kerepotan. Sang suami yang bekerja di Exxon Mobile masih mau membantu untuk sekadar mengganti popok atau bangun pada malam hari ketika si kecil Jafar menangis. Kondisi ini berubah drastis pada 1994 menyusul kepindahan mereka ke Tokyo, Jepang.
Asep mengambil pendidikan magister strata II di negara Matahari Terbit itu. Dua tahun di Jepang, si kembar Hamzah dan Ammar (16) lahir dan meramaikan kehidupan keluarga El Shanti. El Shanti mengurus keempat putranya sendirian meski kadang dibantu sang suami. “Di sana, hampir semua orang mengurus anaknya sendiri karena untuk menggaji seorang baby sitter itu amatlah mahal.”
Karena keterbatasan itu, El Shanti pun mengurus keempat anaknya sendiri. Untuk itu sedari awal, Saif dan Jafar telah diajarkan untuk mandiri. “Sejak usia tiga atau empat tahun mereka sudah bisa makan sendiri dan memakai baju sendiri.”
Membagi perhatian
El Shanti memberi pemahaman pada si sulung dan anak kedua tentang terbaginya perhatian ayah bunda begitu adik-adik mereka lahir. Ia juga menjelaskan tugas seorang kakak ialah melindungi adiknya. “Mereka pun berusaha membantu menjaga adiknya.”
Kala berbelanja, misalnya, kedua tangan El Shanti penuh dengan barang belanjaan. Kedua putra pertamanya dengan sigap bergantian mendorong kereta bayi si kembar. “Kekompakan itu berlanjut ketika Harits (12) dan Adli (9) lahir.”
Untuk menjalin keakraban dengan anak-anaknya, Indriani punya cara tersendiri. Dia biasa mengajak buah hatinya jalan keliling kompleks. Mereka bisa bermain sebentar sebelum berangkat ke sekolah. Kegiatan ini akan dilakukan kembali sore hari, setelah ia pulang dari bekerja. “Alhamdulillah, saya merasa anak-anak saling perhatian dan mau membantu satu sama lain,” katanya.
Suaminya yang sering keluar kota juga mengambil peran. Jika sedang di rumah, Hutomo Agus Subekti langsung mengajak anak-anaknya bermain bersama, salah satunya dengan meniru kan gaya penyanyi di TV. “Anak-anak juga sering berebut minta digendong ayahnya,” ucap Indriani.
Dengan segala kesibukan sebagai seorang ibu, Indriani selalu meluangkan waktu untuk dirinya sendiri. Namun, relaksasi yang ia sukai memang tidak jauh dari buah hatinya. Untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, ia dan suami juga sering pergi berdua. Menonton ke bioskop, makan di warung tenda, atau berkeliling kota menjadi pilihan untuk mendapatkan quality time bersama.
Mempunyai banyak anak dirasakan Indriani sebagai bentuk sayang Allah SWT kepadanya. Dia tidak menampik bahwa ada tantangan yang lebih besar menantinya, misalnya saja masalah biaya pendidikan atau beban hidup yang pasti akan semakin besar. “Kami berdua selalu percaya, Allah pasti akan kasih jalan untuk merawat mereka,” kata Indiriani.
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Ichsan Emrald
Source: www.republika.co.id