Pemerintah Indonesia Dorong Rotan Jadi Ikon Dunia
Rotan [google]
[JAKARTA] Pemerintah Indonesia berkomitmen mendorong produk rotan, yang merupakan ciri khas Indonesia, menjadi ikon dunia. Pada 21-26 April 2012, pemerintah Indonesia, yang terdiri dari Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan, bersama asosiasi dan dunia usaha berpartisipasi dalam pameran furniture International Home Furnishing Center (IHFC) di North Carolina, Amerika Serikat.
Atase Perdagangan di Washington D.C, Ni Made Ayu Marthini, dalam siaran persnya, Senin (7/5), mengatakan, pameran furniture IHFC tahun ini berusia 102 tahun. Pameran ini merupakan salah satu pameran furniture dan desain interior terbesar di dunia yang diadakan dua kali setahun, yaitu pada musim semi (April) dan musim gugur (Oktober).
Ia menegaskan, pameran IHFC merupakan ajang yang baik bagi promosi produk rotan Indonesia. Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menyewa ruang pamer permanen seluas 800 m2 di Gedung IHFC lantai 7, selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun 2011 hingga 2015 ke depan.
Made Marthini mengagatakan, furniture merupakan salah satu produk ekspor andalan Indonesia ke AS. Indonesia merupakan top 10 pengekspor furniture di AS dengan nilai sebesar US$ 567,37 juta. Khusus untuk produk rotan, Indonesia merupakan negara pengekspor terbesar ke AS dengan nilai ekspor sebesar US$ 11,02 juta pada 2011, meningkat dari US$ 9,89 juta pada 2010.
“Angka ini masih sangat kecil dibandingkan dengan potensi yang ada dan bahan baku rotan yang dimiliki Indonesia. Untuk itu, kami akan terus mendorong agar ekspor produk rotan ke AS terus meningkat,” jelas Made Marthini.
Dalam pameran furniture IHFC kali ini, pemerintah Indonesia menghadirkan Indonesia Rattan Furniture Pavilion, yang ditempati oleh 12 perusahaan Indonesia, yang terdiri dari 11 perusahaan furniture rotan dan 1 perusahaan cat untuk furniture rotan.
Kesebelas perusahaan furniture rotan tersebut, kata dia, diharuskan mengganti minimum 50% barang-barang yang dipajang di setiap musim pameran tiba. Hal ini bertujuan agar memberi kesan bahwa produk yang dipamerkan sangat beragam. Kemudian perusahaan yang turut serta juga berganti setiap tahun atau setiap tiga kali pameran berlangsung.
Adapun perusahan-perusahaan peserta pameran IHFC 2012 adalah CV. Aksen, CV. Indoxenia, PT. Sinar Sri Rezeki Utomo, PT. Kernel Indonesia Potential, PT. Aida Rattan Industry, PT. Erlangga B.N.H, PT. Tanamas Industry Comunitas, PT. Bines Raya, Surya Abadi Furniture, PT. Romi Violeta, Yamakwa Rattan Industry, serta PT. Propan Raya I.C.C.
Kemudian, dari 11 perusahaan furnitur rotan tersebut, beberapa diantaranya telah melakukan ekspor ke AS, antara lain PT. Tanamas Industri Comunitas; PT. Surya Abadi Furniture; PT. Kernel Indonesia Potential; PT. Aida Rattan Industry; dan PT Bines Raya. PT. Tanamas Industri Comunitas bahkan telah melakukan penjualan regular ke department store terkenal di AS, yaitu Target dan Company.
Sedangkan PT. Bines Raya telah menjadi pemasok (supplier) untuk beberapa hotel yang memfokuskan diri pada desain moderen. Sementara itu, PT. Kernel Indonesia Potential, 70% ekspornya ke AS adalah untuk memasok toko wholesale “Goods to Go”.
Selain perusahaan-perusahaan yang berada di Paviliun Indonesia, terdapat tiga perusahaan Indonesia lainnya yang turut berpartisipasi pada IHFC. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT. Indosurya Mahakam yang berasal dari Cirebon dan memiliki ruang pamer permanen selama lima tahun di gedung IHFC; Jewels of Java yang merupakan distributor furniture Indonesia di AS; serta JEFFAN Internasional, sebuah wholesale store yang berkantor di Tennessee.
Jewels of Java dan JEFFAN Internasional merupakan perusahaan AS yang pemiliknya adalah orang Indonesia. Made Marthini mengatakan, partisipasi melalui display permanen selama lima tahun sangat baik dan perlu ditiru dalam rangka promosi produk Indonesia di luar negeri.
“Pameran permanen seperti ini akan membantu branding karena produk furniture rotan Indonesia akan secara trus menerus hadir di High Point, North Carolina,” imbuhnya.
Bahkan beberapa perusahaan telah mendapatkan trial order dari pameran sebelumnya di bulan April dan Oktober 2011. Dalam rangka menarik buyers, Paviliun Indonesia mengadakan pertemuan bagi para buyers pada 22 April 2012. Acara yang dihadiri oleh 100 orang ini dibuka oleh Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian dan Atase Perdagangan Washington D.C.
“Kami menekankan keunikan rotan sebagai bahan furnitur yang ramah lingkungan, secara struktur kuat, menarik dan lentur. Selain itu, kami mengajak para buyers untuk menjadikan rotan semakin terkenal dan dicari, karena Indonesia siap menjadi pusat rotan dunia,” seru Made Marthini.
Menurut Made Marthini, tren furniture tahun 2013 di AS, antara lain Americana, dimana warna untuk kain mebel mengarah pada warna bendera Amerika dan Old West, seperti denim biru (klasik), merah hati (warna musim gugur) dan rustic brown. Tren lainnya disebut Bright Colors dimana warna-warna terang akan menjadi tren (kecuali warna neon).
Untuk tren upholstery adalah bright reds, light, crystal blues and high impact yellows. Kemudian, muted palette of 20th century art deco (Art Deco) kelihatannya akan kembali menjadi tren 2012, termasuk untuk peralatan rumah tangga. Furnitur rotan pernah mengalami masa jaya di AS sekitar tahun 1970-1980, namun sempat mengalami penurunan order hingga saat ini.
Salah satu kunci penting yang perlu dilakukan adalah memperkenalkan kembali rotan kepada konsumen seperti apa yang dipromosikan oleh Perusahaan AS Braxton Culler di majalah Furniture Today di edisi pertama Pameran IHFC pada 21 April 2012. Para desainer perlu diajak dan diperkenalkan akan keunikan rotan sehingga dapat menciptakan produk yang stylish dan unik, sehingga pada akhirnya dapat menumbuhkan permintaan terhadap produk tersebut.
“Ke depan, perlu dipikirkan kerja sama dengan para desainer terkenal untuk membuat rotan kembali menjadi trendi,” ujar Made Marthini.
Di Amerika Serikat, saat ini terdapat 56 juta jiwa penduduk yang berada pada segmen umur 18-31 tahun. Dari sebuah survey yang dilakukan Furniture Today, 95% menyatakan furniture adalah bagian dari gaya hidup masyarakat muda AS. Keputusan belanja bukan ditentukan oleh harga ataupun kualitas, melainkan desain.
“Ini merupakan captive market yang perlu diisi oleh industri rotan Indonesia. Desain yang baik dan menarik merupakan keharusan untuk dapat berperan di pasar ini,” tegas Made Marthini.
Lebih lanjut, Made Marthini menekankan pentingnya kerja sama semua pihak untuk mendukung produk rotan menjadi ikon dunia, termasuk menjadikan produk rotan tuan rumah di negara sendiri. [E-8]
Source: www.suarapembaruan.com