• img

Teknologi Robotik Harus Diajarkan Sejak Dini

blog sauted | Sabtu, 12 Mei 2012 | 12:28

Jully Tjindrawan (FOTO Gatranews/Wahyu Setiadi)

Jakarta - Meskipun Indonesia bukan negara industri robotik seperti Jepang dan Amerika Serikat, namun bukan berarti anak-anak Indonesia tidak perlu belajar mengenai teknologi canggih ini. Justru, sejak dini anak-anak Indonesia haru dibiasakan dengan pendidikan dan pengetahuan yang cukup mengenai robotik.

“Sebenarnya, hampir sama dengan komputer. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, mereka harus belajar mengenai robotik. Karena jamannya sudah berubah, terutama dari sisi teknologi, seperti dari mesin ketik ke komputer, dan kini berubah menjadi robotika,” ujar Jully Tjindrawan , Direktur World Robotic Explorer (Rumah Robot), di Thamrin City, Jumat (11/5/2012).

Jully mengungkapkan, di beberapa negara maju, pengetahuan robotik bahkan telah memasuki jenjang pendidikan DI hingga D3. Namun, hal tersebut memang belum umum di Indonesia. Pelajaran tentang robotika, sudah seperti pelajaran komputer dan bahasa Inggris.

“Sejak 2004, Indonesia sudah mampu membuat robot, bahkan dibeli oleh luar negeri. Sehingga mancanegara kini tahu, bahwa Indonesia tidak hanya kaya akan resource sumber daya alam yang melimpah, tetapi dari sisi teknologi kita juga mampu disejajarkan dengan tingkat dunia,” ujarnya.

Menurut Jully, selama ini perkembangan robotik itu hanya sampai dibalik layar, yaitu lewat universitas maupun sekolah. Oleh karena itu, suaranya kadang kurang tergema ke masyarakat.

Namun, ia mengakui, dengan adanya berbagai sosialisasi mengenai robotik ini, mampu memberikan stimulus dan dorongan motivasi bagi anak-anak. Terutama, untuk berbagai anak di daerah yang kurang mampu, dimana pada daerah tersebut, justru robotik sangat dihargai. “Terima kasih. Meskipun kami STM, ternyata kami bukan hanya jadi tukang . Kami menyukai matematika dan fisika, dan ternyata ada ujungnya,” ujar Jully mengutip.

Ia menjelaskan, sejauh ini, upaya Rumah Robot terus melakukan pembinaan dan pelatihan kepada sekolah untuk menghadapi kompetisi robot. Misalnya, ada suatu sekolah yang ingin melakukan pertandingan tertentu, tetapi mereka tidak punya alat dan kemampuan, maka Rumah Robot membantu memberikan pelatihan kepada mereka.

“Selama 4 tahun terakhir, saya masuk ke sekolah sebagai kegiatan ektra dan intra kurikuler, dari TK hingga SMA. Saya memulai hal ini sejak 5 tahun yang lalu. Kini, sudah banyak sekolah yang melakukan hal yang sama. Bahkan memasukkannya ke dalam kurikulum,” ujar Jully.

Ia menjelaskan, tanpa adanya suatu kompetisi dan pertandingan, maka pihak sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan siswanya, tidak terpacu untuk berjuang. Oleh karena itu, ia berharap agar robotika dapat diajukan sebagai ujian science. Karena, hampir setiap hari selalu ada pertandingan robotika di dunia. “Kalau kita lihat olahraga terkadang kita kalah terus. Tetapi melalui ajang robotika kita selalu menang, dan potensinya sangat besar untuk ada disini.” ujar Jully.

Ia menceritakan, pada tahun ini, sudah 9 award yang diperoleh oleh Indonesia. Terakhir, pada bulan Maret lalu, tim dari Indonesia mendapat juara 1, yaitu Srikandi, dalam kompetisi Robo Dancing.

Jully menargetkan, timnya akan ke Mexico untuk mengikuti ajang internasional. Berdasarkan prestasi yang membanggakan tersebut, terlihat bahwa potensi anak-anak Indonesia dalam bidang robotik sebenarnya sangat besar. Menurutnya, sebenarnya darah anak Indonesia sangat kental dengan matematika dan fisika sebagai cikal bakal robot.

“Saya berdoa ke depannya akan terus dibuat rumah robot, sebagai wadah informasi dan edukasi tentang robot. Yang kita perlukan adalah ilmu di dalamnya. Kalau dulu berawal dari perpustakaan, dan kemudian beralih ke rumah pintar. Sekarang, saya mau ada perpustakaan yang dilengkapi dengan teknologi, seperti rumah robot,” ujar Jully. (WS)
Source: www.gatra.com

Saat ini SAHABAT berada di area blog sauted dengan artikel Teknologi Robotik Harus Diajarkan Sejak Dini.
<< >>