19 Orang Tewas Akibat 'Innocence of Muslims', Hizbullah Peringatkan AS
Novi Christiastuti Adiputri - detikNews |
Unjuk rasa di luar Kedubes AS di Kairo (AFP) |
Beirut, Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah memperingatkan Amerika Serikat (AS) akan dampak global yang berbahaya jika film 'Innocence of Muslims' dibiarkan dirilis secara utuh. Nasrallah menekankan semakin bertambahnya korban jiwa dalam aksi unjuk rasa di sejumlah negara, yang kini mencapai 19 orang.
Sejak pekan lalu, unjuk rasa menentang film amatir tersebut terjadi di berbagai belahan dunia. Mulai dari Mesir, Libya, Yaman, Afghanistan, Tepi Barat, Filipina hingga Indonesia. Di Libanon sendiri, puluhan ribu demonstran turun ke jalanan ibukota Beirut untuk mengecam film kontroversial tersebut.
Di sela-sela unjuk rasa, Nasrallah menyerukan aksi ini untuk berlangsung selama seminggu penuh di seantero Libanon. Nasrallah menyebut film 'Innocence of Muslims' sebagai serangan terburuk untuk Islam.
"Amerika harus memahami.. AS harus mengerti jika film tersebut tetap dirilis secara keseluruhan akan menimbulkan dampak yang sangat, sangat berbahaya di seluruh dunia," ujar Nasrallah di antara demonstran, seperti dilansir AFP, Selasa (18/9/2012).
"Pemerintah dan seluruh rakyat Libanon harus memberikan desakan kepada dunia internasional untuk mengeluarkan hukum internasional dan nasional yang mengkriminalisasi tindak penghinaan terhadap tiga agama di dunia," imbuhnya merujuk kepada Islam, Kristen dan Yahudi.
Film 'Innocence of Muslims' yang diyakini diproduksi oleh kelompok penganut Kristen radikal di AS, menuai kemarahan umat muslim dunia. Unjuk rasa yang terjadi di sekitar 20 negara mentargetkan kantor kedutaan ataupun fasilitas AS. Tidak sedikit unjuk rasa yang berujung pada bentrokan dan kekerasan, hingga memakan korban jiwa. Salah satunya Duta Besar AS untuk Libya Christopher Stevens yang tewas dalam serangan ke konsulat AS di Benghazi, Libya pada 11 September lalu.
Aparat penegak hukum di AS telah memeriksa seorang pria bernama Nakoula Basseley Nakoula alias 'Sam Bacile', yang diyakini sebagai sutradara film kontroversial ini. Setelah sempat menghilang, Nakoula muncul pertama kali ke hadapan publik dengan menutupi seluruh wajah. Saat diperiksa kepolisian California AS, Nakoula tampak mengenakan topi, selendang yang menutupi wajah dan kacamata hitam. Setelah dicecar dengan sejumlah pertanyaan, Nakoula akhirnya diperbolehkan pulang. Sebelumnya dia sempat dipenjarakan selama 21 bulan karena memalsukan identitas.
Di sisi lain, potongan-potongan adegan film 'Innocence of Muslims' masih bisa dinikmati di internet. Sejumlah negara, seperti Mesir, India, Indonesia, Libya dan Malaysia pun melakukan pemblokiran akses terhadap video tersebut.
(nvc/ita)
Source: news.detik.com