Wisata Pulau Tidung, Antara Mitos dan Sejarah
Pengunjung dapat menyaksikan keindahan pantai, wisata sejarah dan wisata alam bawah laut.Pulau Tidung sebagai Gugusan Pulau di Kepulauan Seribu ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun asing.
Pulau terbesar di gugusan Kepulauan Seribu ini, terletak di utara daratan Jakarta atau barat daya pulau-pulau lainnya dengan luas lebih kurang 52 hektar dan didiami sekitar 5.000 jiwa.
Pulau Tidung sendiri dibagi atas 2 pulau yakni pulau tidung besar dan tidung kecil dimana ada sebuah jembatan yang membelah laut yang menghubungkan kedua pulau tersebut.
Sebagai obyek wisata bahari, pulau Tidung mulai dikenal masyarakat sejak 2010, karena keindahan pesisir pantai dan pesona 'Jembatan Cinta'-nya.
Sejak itu, Pulau Tidung mulai dijadikan alternatif wisata bahari menggantikan pulau Pramuka dan Pulau Pari di kepulauan Seribu.
Animo kunjungan wisata Pulau Tidung sendiri setiap harinya makin meningkat terlebih bila akhir pekan maupun hari libur. Tercatat, sekitar 750 ribu pengunjung datang ke pulau tidung sepanjang tahun 2010 dan meningkat hingga saat ini.
Pulau Tidung dapat ditempuh dari Jakarta Utara baik dari pelabuhan Muara Angke atau pelabuhan Marina Ancol. Untuk yang bertempat tinggal di Tangerang, bisa melalui Pelabuhan nelayan Wiro Saban.
Bila menggunakan perahu tempel (perahu kayu) waktu tempuh hampir 3,5 jam perjalanan, dengan biaya perjalanan relatif murah sekitar Rp35 ribu.
Kapal tersebut berangkat 2 kali sehari pukul 06.30 WIB dan pukul 13.00 WIB dari pelabuhan Muara Angke sedangkan jika melalui pelabuhan Marina, Ancol menggunakan kapal cepat.
Keindahan pulau Tidung dibanding pulau-pulau lain di gugusan kepulauan seribu memang dapat membayar susahnya transportasi untuk bisa ke pulau Tidung.
Indahnya pesisir pantai dan pesona 'Jembatan cinta' sebagai penghubung antara pulau Tidung besar dan Tidung kecil memiliki daya tarik tersendiri bagi pulau Tidung.
Selain itu, penikmat wisata sejarah juga dapat ditemukan di Pulau Tidung lewat makam Kerajaan Tidung yang terletak di Kuala Malinau, Kalimantan Timur yang bernama Raja Pandita.
Dari cerita masyarakat pulau Tidung, konon raja Pandita di buang oleh pemerintah kolonial Belanda ke pulau tersebut. Dari situlah nama pulau Tidung berasal.
Tahun 2011, dilakukan pemindahan makam Raja Pandita dari yang awalnya terletak di ujung barat ke area pemakaman saat ini.
Pemindahan makam tersebut dihadiri oleh keluarga Raja Pandita yang berasal dari Pulau Tidung dan aparat pemerintahan baik dari Kuala Malinau maupun dari Pulau Tidung dan Kepulauan Seribu.
Selain wisata sejarah, wisata bawah laut pulau Tidung juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung pulau Tidung.
Pesona bawah laut sekitar pulau Tidung juga menjadi referensi bagi wisatawan yang senang dengan kegiatan diving dan snorkling .
Dengan menyewa kapal nelayan sekitar Pulau Seribu dengan biaya Rp200 ribu dan alat selamnya Rp35 ribu - Rp50 ribu per orang, wisatawan dapat melihat keindahan alam bawah laut di Pulau Tidung.
Untuk penginapan sendiri pengunjung pulau Tidung dapat dengan mudah menemui rumah-rumah warga yang dijadikan penginapan (Guest House).
Biayanya pun relatif murah. Sebuah rumah dapat disewa dengan biaya Rp250 ribu sampai Rp500 ribu perkunjungan (2 hari diakhir pekan) dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi plus AC.
Untuk yang berniat mengelilingi pulau, bisa berjalan kaki maupun dengan menyewa sepeda dan becak bermotor (bentor) yang banyak tersedia.
Untuk tarif sewa sepeda motor berkisar Rp15 - Rp25 ribu perhari. Kalau untuk menyewa bentor pengunjung dapat mengitari pulau dengan biaya Rp20 ribu - Rp30 ribu.
Keindahan wisata bahari pulau Tidung, sebagai objek wisata bahari baru di Indonesia dapat menjadi referensi bagi pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan pesona alam di gugusan Kepulauan Seribu.
Penulis: Chairul Fikrie/Feriawan Hidayat
Source: www.beritasatu.com