Wisata Ziarah ke Makam Pangeran Jayakarta
Makam Pangeran Jayakarta di Kelurahan Jatinegara Kaum, Pulogadung, Jakarta Timur (Illustrasi: Google) |
HAMPIR setiap tahun, terutama dalam bulan Juni menjelang Hari Ulang Tahun Kota Jakarta, makam Pangeran Jayakarta banyak dikunjungi masyarakat. Peziarahan ini pun telah menjadi agenda tahunan Gubernur dan pejabat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sayangnya, pengunjung “Wisata Ziarah” di makam yang terletak di Kelurahan Jatinegara Kaum, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur, mengeluh akibat kesulitan memarkir kendaraan mereka akibat terbatasnya lahan parkir di sekitar makam.
Masyarakat yang datang berziarah, mengharapkan kepada Pemprov DKI Jakarta cq Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar menata areal Makam Pangeran Jayakarta dan pengadaan taman parkir, sehingga semua pihak menjadi lebih nyaman.
“Kalau lagi ramai, mobil yang parkir bisa sampai ke Jalan Bekasi Raya sehingga mengganggu arus lalu lintas di Jalan Jatinegara Kaum,” kata Gatut Sudarsono, mantan Lurah Jatinegara Kaum, kini Kasi Kehumasan Sudin Kominfomas, Jakarta Timur.
Menurut Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur, Husnison Nizar, kompleks makam Pangeran Jayakarta dengan Masjid As Shalafiyah yang dibangun tahun 1620-an, banyak dikunjungi peziarah dari DKI Jakarta sendiri maupun dari luar daerah seperti Bogor, Banten bahkan dari Kalimantan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Parbud) DKI Jakarta, Arie Budiman ketika dikonfirmasi, mengaku pihaknya sudah memberi otoritas kepada Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur untuk bisa secara kreatif melakukan pengembangan.
“Termasuk konservasi terhadap obyek wisata religi seperti Makam Pangeran Jayakarta ini,” kata Arie Budiman, yang ditemui usai diskusi soal Wisata Kota Tua, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Timur, Husnison Nizar, hingga tahun 2010 lalu, baru 8 bidang tanah warga yang dibayar ganti ruginya terkait pembebasan lahan untuk penataan situs tersebut.
Dari anggaran pembebasan lahan yang disediakan tahun 2010 sebesar Rp5,7 miliar, baru terserap sekitar 35 persennya. Tahun 2011 dilanjutkan pembebasan lahan. Dari lahan seluas 2190 m2 itu, terbagi dalam 19 bidang, hingga kini masih tersisa 11 bidang lagi yang belum dibebaskan.
Dana pembebasan tahun 2011 tersebut, berasal dari Anggaran Belanja Tambahan (ABT) 2011. Sudah selesai dibangun gapura di sebelah barat dari arah Jl Alu-Alu. Menyusul fasilitas lain seperti areal parkir, pendopo tempat peziarah dapat beristirahat sejenak, lengkap dengan toilet dan loket penerima tamu.
Dikatakan Husnison, kompleks makam Pangeran Jayakarta dengan Masjid As Shalafiyah yang dibangun tahun 1620-an, hingga sekarang banyak dikunjungi peziarah dari DKI Jakarta sendiri maupun dari luar daerah seperti Bogor, Banten bahkan dari Kalimantan.
Asal usul Pangeran Jayakarta
Pangeran Jayakarta berasal dari Banten, Pria dari pangeran Sungerasa Jayawikarta bernama pangeran Akhmad Jaketra,yang meneruskan perjuangan ayahnya tahun 1619-1640 M. Basis pertahanannya diwilayah timur Jakarta, di suatu tempat merupakan utan jati sepanjang kali Sunter, pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara.
Yang mempunyai arti : Jati = Setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati. Setahun kemudian tepatnya tahun 1920 M beliau mendirikan masjid dengan tiang empat yang merupakan soko guru dan diberi nama Masjid Assalafiah yang bermakna tertua sampai saat ini masih dipelihara oleh ahli waris dan keturunanya.
Pada tahun 1940 M Pangeran Jayakarta meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Assalafiah bersama Prianya Pangeran Lahut dan familinya Pangeran Sageri, istri Pangeran Sangiyang yaitu Ratu Rafiah serta Pangeran Suria.
Makam Pangeran Jayakarta dipugar pertama pada tahun 1700 oleh Pangeran Sageri, pemugaran kedua tahun 1842 oleh Aria Tubagus Kosim. Pemugaran ketiga tahun 1969 oleh Gubernur DKI H. Ali Sadikin, dibangun dua lantai dengan membuat menara baru. Pemugaran keempat pada tahun 1992 oleh Gubernur DKI H. Suryadi Soedirdja, melalu Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta.
Masjid Assalafiah dan makam Pangeran Jayakarta banyak diziarahi oleh para ulama besar baik dari Mesir, ulama, Habib terkemuka Indonesia dan para pejabat pemerintah, serta masyarakat dari luar daerah provinsi DKI Jakarta.
Nur Aliem Halvaima
Source: wisata.kompasiana.com