Semua Menginginkan Angklung
DIKDO M./"PRLM" | WARGA Selandia Baru antusias memainkan angklung.* |
PRLM - Seakan pupus semua kelelahan dan kerepotan saat membawa ratusan angklung dari Bandung - Jakarta, lalu diterbangkan dalam bagasi pesawat Qantas dari Jakarta menuju Auckland, transit di Sydney, Australia. Antusiasme mendapatkan angklung di Negeri Kiwi mampu “ngupahan” tujuh anggota rombongan yang membawa sepuluh dus angklung.
Perjuangan diawali dengan mengemas lebih dari 500 angklung satu oktaf, dari nada do hingga do tinggi di Kota Bandung. Lantas sehari menjelang keberangkatan, harus difumigasi agar terbebas dari makhluk hidup yang bisa terbawa dalam ruas-ruas bambu.
Ya... Selandia Baru sangat memproteksi kekayaan alam, baik tumbuhan maupun hewan. Negeri di tenggara Indonesia itu sangat ketat dalam mencegah masuknya produk buah atau produk olahan daging yang dibawa pengunjung ke negeri tersebut. Selandia baru memang dikenal sebagai eksportir produk peternakan, baik susu maupun olahannya. Oleh karena itu sangat waspada terhadap ancaman masuknya penyakit mulut dan kuku dari produk berbahan daging dari luar.
"Waktu itu ada yang membawa sosis. Jadi harus dihabiskan sebelum keluar dari Bandara," tutur Mery Atmadibrata, EO yang mendampingi kami, ketika beberapa waktu lalu dia membawa rombongan yang kedapatan membawa sosis siap saji.
Semula anggota rombongan misi seni dan budaya Jabar mencapai 14 orang. Namun akibat keterlambatan visa, hanya tujuh orang yang bisa berangkat. Praktis sepuluh dus angklung harus dibawa lima orang wanita dan dua pria yang bisa berangkat awal.
Ketika boarding dari Jakarta hingga transit di Sydney tidak ada persoalan. Namun saat hendak keluar dari Bandara Internasional Auckland, kami harus berbagi. Masing-masing mendorong troli. Lima troli dikhususkan membawa sepuluh dus angklung dan peralatan pameran, sedangkan dua troli untuk membawa tas kabin dan tas bagasi.
Maka Mojang Jabar 2011 dan juga Putri Indonesia 2012 Ryan Putri kebagian mendorong troli berisi lima koper besar, demikian pula Mery yang mendorong troli bermuatan dus, termasuk Gira dan Tata dari Saung Angklung Udjo, serta Anggraeni, penari.
Tak ada staf Kedubes RI yang menjemput ke dalam saat rombongan menghadapi petugas imigrasi setempat agar rombongan dan barang bawaan bisa keluar dengan lancar. Untung manifes barang dan pernyataan telah difumigasi lengkap. Petugas Imigrasi Selandia Baru hanya bertanya basa-basi dan tujuan rombongan di negeri mereka.
Ketika di luar, baru terlihat seorang staf KBRI, yang menjemput dan setelah mengantar rombongan ke bus yang telah dipesan EO via daring dari Bandung, dia langsung pergi lagi. "Ada rombongan lain dari BKPM," ujarnya ketika kembali ke areal bandara.
Ratusan angklung yang dibawa akan dimainkan secara interaktif di acara "Indonesian Fair 2012" di Auckland North Shore Event Centre, Sabtu (20/10/12). Pada sesi "How to Play Angklung", tim dari Saung Angklung Udjo akan tampil dua kali. Setiap selesai pertunjukan, angklung boleh dibawa pengunjung yang turut bermain.
Namun, pada malam menjelang pertunjukan, serombongan staf KBRI di Selandia Baru datang ke tempat kami menginap di Hotel Surrey. Mereka menyatakan, Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa, dan Kerajaan Tonga meminta dua set angklung lengkap (dua oktaf) untuk inventaris, termasuk sembilan organisasi kemasyarakatan binaan KBRI. Jadi total sebelas set angklung lengkap dua oktaf atau hampir 250 angklung harus disisihkan.
Maka diputuskan pada sesi pertama bermain angklung, tak ada pengunjung yang membawa pulang. Sementara pada sesi kedua angklung bisa dibawa pulang.
Menjelang angklung dibawa, rombongan Kepala Bagian Pemasaran Disparbud Jabar Ny. Siti Tohariyah dan kawan-kawan tiba. Rombongan kedua akhirnya bergabung pada acara pameran keesokan harinya. (dikdo m./”PRLM”)***
Source: www.pikiran-rakyat.com