Tari Topeng Losari, Gerakan Geometrik dan Luwes
ERIYANTI NURMALA DEWI/"PRLM" | NUR Anani membawakan tari topeng "Klana Bandopati".* |
Pentas Keliling "Tari Topeng Babakan Losari" digelar di Gedung Sunan Ambu, STSI, Jln. Buah Batu, Kota Bandung. Pentas keliling ini merupakan pentas terakhir setelah sebelumnya, pentas di Yogyakarta dan Jakarta.
Sebagai penari generasi penerus Mak Dewi (maesto tari Topeng Losari) dan Sawitri (maestro tari Topeng Cirebon), Nur Anani bersama Sanggar Prwa Kencana ingin membuktikan bahwa tari Topeng Losari bisa bangkit kembali. Setelah sebelumnya terpuruk bahkan sempat menjual gamelannya demi menyambung hidup.
Menurut maestro tari topeng Irawati Durban Ardjo, lokasi Losari yang berbaatasan dengan Brebes, Jawwa Tengah, membuat topeng Losari Banyak dipengaruhi gaya Jawa Tengah. Gaya itu tampak pada gerakan-gerakannya yang tidak dijumpai dalam tari topeng wilayah barat. Semisal topeng Palimanan, topeng Slangit, topeng Gegesik, topeng Susukan, atau topeng Tambi di wilayah Indramayu. Tetapi antar mereka tetap berhubungan satu sama lain.
Gerakan topeng Losari lebih pada gerakan geometrik dan luwes. Sedangkan pada tari topeng wilayah Cirebon barat hanya geometrik. "Ini yang menarik, malah dalam topeng Losari ada gerakan gantung sikil (gantung kaki) yang dilakukan cukup lam tetapi tidak ditemui dalam gerakan tari topeng yang lain," demikian Irawati.
Hal senada disampaikan Pembantu Ketua I Bidang Pendidikan STSI Bandung yang juga penari, Dr. Een Herdiani. Banyak perbedaan yang menjadi ciri khas topeng Losari. Perbedaan itu tampak pada musik (gamelan) pengiring, gerakan tari, maupun pakaian tari.
Pentas semalam dibuka dengan suguhan Tari Pamindo yang lembut gemulai. Disusul dua tarian dari Luh Saraswati dan dua anak didik Nur Anani. Dilanjutkan "Bobordan Topeng Losari" yang menjadi jeda di sela-sela babak. Bodoran ini berkiatan dengan beberapa babakan cerita dalam topeng Losari.
Suguhan Klana Bandopati yang menjadi penutup pertunjukkan, menjadi tarian paling tidak terlupakan. Nur Anani membawakannya dengan sangat maksimal. Sebuah pentas yang mengundang penonton melemparkan "saweran"nya tanpa henti. (A-146/A-147)***
Source: www.pikiran-rakyat.com