Film Sebagai Media Pendidikan dan Pembangun Motivasi
Pendidikan merupakan proses belajar seumur hidup (life-long education) yang kontinu untuk membentuk kepribadian manusia, dimulai sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam keluarga (rumah tangga), sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Proses pendidikan tersebut didapat melalui jalur pendidikan informal, non formal, maupun formal, yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan bermasyarakat. Pendidikan informal di lingkungan keluarga menjadi dasar dan pondasi bagi seseorang, karena awal pendidikannya berlangsung pada lingkungan ini dengan orang tua sebagai pendidik pertama dan yang paling utama. Pendidikan semacam ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yang positif dan menarik, seperti halnya menonton sebuah film.
Sebuah film yang baik memiliki makna dan pesan moral yang disampaikan dengan cara yang baik, sederhana, dan sekreatif mungkin. Dengan cara tersebut, penonton diharapkan mampu memaknai film yang ditontonnya dan mengambil pesan moral untuk dapat dijadikan contoh dan motivasi bagi kehidupan mereka.
Pengemasan film pun terkadang menjadi perhatian bagi masyarakat. Film yang dikemas dengan baik, menarik, dan kreatif, tentunya memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat yang menontonnya. Melalui pengemasan film yang apik, unsur-unsur yang terkandung di dalam sebuah film akan terasa lebih hidup, sehingga masyarakat, khususnya peserta didik, lebih mudah untuk memahami unsur-unsur tersebut dengan baik. Pemahaman unsur-unsur sebuah film yang mirip dengan unsur-unsur di dalam drama, mampu membantu siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik yang menjadi materi dalam pembelajaran di sekolah dengan cara yang menarik. Melalui film, masyarakat, khususnya siswa, dapat mengambil pelajaran, pendidikan, serta motivasi dengan perasaan terhibur tanpa merasa digurui.
Akhir-akhir ini, hadir film-film Indonesia yang memiliki banyak pesan moral dan motivasi yang penting bagi peserta didik serta masyarakat. Film-film seperti Negeri 5 Menara, Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi misalnya, mampu menyajikan bentuk-bentuk pendidikan budi pekerti, pesan moral, dan motivasi yang tinggi melalui unsur-unsur seperti alur cerita, penokohan, setting, serta amanah dari film tersebut yang disampaikan dengan kemasan yang sangat menarik dan apik.
Film Negeri 5 Menara yang diangkat dari sebuah novel karya A. Fuadi merupakan salah satu film yang mendapat perhatian dan antusiasme yang tinggi dari masyarakat, mulai dari anak-anak hingga tokoh-tokoh di negeri ini. Film tersebut sarat akan pesan moral yang mendidik, memberikan penggambaran serta pembelajaran hidup yang dapat diperoleh dengan sebuah pengalaman baru, usaha yang sungguh-sungguh, keihklasan, dan do’a.
Film tersebut tak hanya memberikan pendidikan melalui pesan-pesan moralnya, tetapi juga memotivasi masyarakat terlebih peserta didik untuk terus berkembang, mempunyai mimpi dan terus berusaha meraih mimpi tersebut dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Seperti kalimat yang sangat memotivasi dalam film tersebut “Man Jadda Wajada” (Siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil). Kalimat itu memiliki kekuatan tersendiri, yang mampu membangkitkan semangat dan jiwa untuk terus berusaha dengan kesungguhan dan keikhlasan. Film tersebut juga memotivasi kita untuk terus belajar menjadi “orang besar”, yaitu orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Begitu banyak pesan moral dan motivasi yang disampaikan dalam film tersebut dengan menggunakan estetika yang baik, sederhana, kreatif, dan menyentuh.
Terdapat pertanyaan-pertanyaan menarik dalam film tersebut yang dikemas secara komunikatif melalui dialog-dialog. Salah satunya yaitu pertanyaan yang diajukan oleh Kyai Rais ketika penyambutan santri-santri barunya, “Siapa yang beranggapan bahwa di pesantren ini hanya mempelajari soal agama tok?” serentak setelah pertanyaan itu diajukan, beberapa santri baru pun langsung mengangkat tangannya. Kemudian Kyai Rais memberikan penjelasan dan meluruskan pemahaman santri-santri barunya, bahwa di pesantren itu tidak hanya mengajarkan pendidikan agama saja, tapi juga mengenai “pembelajaran hidup” yang seimbang dan selaras antara dunia dan akhirat. Pembelajaran hidup yang sesungguhnya, tentang kedisiplinan, kesederhanaan, kesungguhan, kerja keras, serta sikap-sikap postif yang mampu mengarahkan tujuan hidup sesungguhnya.
Pertanyaan menarik lain yang memberikan makna dan pembelajaran yang berarti datang dari Alif, “Berapa gaji guru di Pondok Madani ini?” Mendengar pertanyaan yang diajukan sang santri, ustadz pun dengan bijak menjelaskan bahwa ustadz-ustadz yang mendidik di pesantren ini telah “mewaqafkan dirinya” untuk kemajuan pesantren. Mereka mengabdi sepenuh hati dengan niat dan tujuan yang mulia, mendidik dengan ikhlas, kesungguhan, dan totalitas penuh. Di akhir penjelasan sang ustadz, terdapat kalimat yang penuh makna, yaitu bahwa bukan pondok yang menghidupi kita, tetapi kita yang menghidupi pondok. Begitu mulia niat dan sikap pendidik yang digambarkan dalam film tersebut. Hal ini seharusnya menjadi motivasi dan pembelajaran bagi masyarakat khususnya para pendidik di Indonesia, agar mendidik dengan keikhlasan, profesional, inovatif, dan totalitas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta meniatkan bahwa kegiatan mendidik tersebut dilakukan untuk ibadah. Film tersebut mengajarkan makna sebuah kebahagiaan yang diperoleh dengan cara yang sederhana, dengan syarat kita selalu bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan.
Semoga akan terus lahir film-film Indonesia yang baik dan berkualitas, yang tidak sekedar menghibur tetapi mampu memberikan pendidikan dan motivasi kepada masyarakat, terlebih pemuda Indonesia untuk terus berusaha dengan keikhlasan dan kesungguhan hati tanpa kenal menyerah dalam meraih impian, serta berkembang dan menjadi sumber daya manusia yang handal dan berbudi pekerti.
dirimu adalah apa yang kamu pikirkan
http://www.kompasiana.com/khoirunnisaaa
Source: hiburan.kompasiana.com